IMAM AHLUL BAIT ADALAH AHLUSSUNNAH


Berlepas Dirinya Imam Ahlul-Bait terhadap Orang-Orang yang Mencela Abu Bakr dan ‘Umar radliyallaahu ‘anhumaa


Sudah menjadi pengetahuan yang jamak bahwa dua imam, Abu Bakr dan ‘Umar radliyallaahu ‘anhumaa, menjadi musuh utama orang-orang Syi’ah. Orang-orang Syi’ah membenci mereka berdua melebihi kebenciannya terhadap orang Majusi yang jelas-jelas kafir.[1] Kebencian mereka dilandasi dalih Abu Bakr dan ‘Umar radliyallaahu ‘anhumaa telah mendhalimi imam mereka dalam perkara imamah. Mereka kobarkan dakwah (palsu) kecintaan terhadap Ahlul-Bait dengan sebab itu,…… padahal Ahlul-Bait sebenarnya berlepas diri dari kecintaan (palsu) mereka. Berikut salah beberapa buktinya :

1.      ‘Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu ‘anhu.
حَدَّثَنَا عَمْرِو بْنِ مَرْزُوقٍ، قَالَ: أنا شُعْبَةُ، عَنْ سَلَمَةَ بْنِ كُهَيْلٍ، عَنْ زَيْدِ بْنِ وَهْبٍ، قَالَ: قَالَ عَلِيٌّ: مَا لِي وَلِهَذَا الْحَمِيتِ الأَسْوَدِ، يَعْنِي: عَبْدَ اللَّهِ بْنَ سَبَإٍ، وَكَانَ يَقَعُ فِي أَبِي بَكْرٍ، وَعُمَرَ.
Telah menceritakan kepada kami ‘Amru bin Marzuuq, ia berkata : Telah mengkhabarkan kepada kami Syu’bah, dari Salamah bin Kuhail, dari Zaid bin Wahb, ia berkata : Telah berkata ‘Aliy (bin Abi Thaalib) : “Apa urusanku dengan orang hitam jelek ini – yaitu ‘Abdullah bin Saba’ - . Dia biasa mencela Abu Bakar dan ’Umar” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Khaitsamah no. 4358; shahih].
’Amru bin Marzuuq Al-Baahiliy, Abu ’Utsmaan Al-Bashriy; seorang yang tsiqah, faadlil, namun mempunyai beberapa keraguan. Dipakai Al-Bukhaariy dalam Shahih-nya. Wafat tahun 244 H [At-Taqriib, hal. 745 no. 5145].
Syu’bah bin Al-Hajjaaj bin Al-Ward Al-’Atakiy; seorang tsiqah, haafidh, lagi mutqin. Dipakai Al-Bukhaariy dan Muslim dalam Shahih-nya. Wafat tahun 160 H [idem, hal. 436 no. 2805].
Salamah bin Kuhail bin Hushain Al-Hadlramiy, Abu Yahyaa Al-Kuufiy; seorang yang tsiqah. Dipakai Al-Bukhaariy dan Muslim dalam Shahih-nya [idem, hal. 402 no. 2521].
Zaid bin Wahb Al-Juhaniy, Abu Sulaimaan Al-Kuufiy; seorang yang tsiqah lagi jaliil. Dipakai Al-Bukhaariy dan Muslim dalam Shahih-nya. Wafat setelah tahun 80 H, dikatakan juga tahun 96 H [idem, hal. 356 no. 2172].
Lihatlah,.... ’Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu ’anhu menjadikan pencelaan terhadap Abu Bakr dan ’Umar radliyallaahu ’anhumaa sebagai sebab pencelaannya kepada ’Abdullah bin Saba’ – gembong nomor wahid firqah Raafidlah.[2]
2.      Muhammad bin ’Aliy bin Al-Husain bin ’Aliy bin Abi Thaalib, imam kelima Syi’ah.
حَدَّثَنَا أَبُو ذَرٍّ أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ أَبِي بَكْرٍ، نَا عَلِيُّ بْنُ الْحُسَيْنِ بْنِ أَشْكَابٍ، نَا إِسْحَاقُ بْنُ أَزْرَقَ، عَنْ بَسَّامِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الصَّيْرَفِيِّ، قَالَ: سَأَلْتُ أَبَا جَعْفَرٍ قُلْتُ: مَا تَقُولُ فِي أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا؟ فَقَالَ: " وَاللَّهِ إِنِّي لأَتَوَلاهُمَا وَأَسْتَغْفِرُ لَهُمَا، وَمَا أَدْرَكْنَا أَحَدًا مِنْ أَهْلِ بَيْتي إِلا وَهُوَ يَتَوَلاهُمَا "
Telah menceritakan kepada kami Abu Dzarr Ahmad bin Muhammad bin Abi Bakr : Telah mengkhabarkan kepada kami ’Aliy bin Al-Husain bin Asykaab : Telah mengkhabarkan kepada kami Ishaaq bin Azraq, dari Bassaam bin ’Abdillah Ash-Shairafiy, ia berkata : Aku pernah bertanya kepada Abu Ja’far, aku berkata : ”Apa komentarmu tentang Abu Bakr dan ’Umar radliyallaahu ’anhumaa ?”. Maka ia menjawab : ”Demi Allah, sungguh aku menjadikan mereka berdua sebagai wali dan memintakan ampun untuk mereka berdua. Tidaklah kami menjumpai seorang pun dari kalangan Ahlul-Baitku kecuali ia juga menjadikan mereka berdua sebagai wali” [Diriwayatkan oleh Ad-Daaruquthniy dalam Fadlaailush-Shahaabah no. 41; shahih].
Ahmad bin Muhammad bin Abi Bakr Al-Waasithiy, Abu Dzarr; seorang yang tsiqah. Wafat tahun 326 H [Taraajimu Rijaal Ad-Daaruquthniy, hal. 111 no. 239].
’Aliy bin Al-Husain bin Isykaab; seorang yang shaduuq (bahkan tsiqah – Abul-Jauzaa’). Wafat tahun 261 H [At-Taqriib, hal. 693 no. 4747].
Ishaaq bin Yuusuf bin Mirdaas Al-Azraq; seorang yang tsiqah. Dipakai Al-Bukhaariy dan Muslim dalam Shahih-nya. Wafat tahun 295 H [idem, hal. 356 no. 2172].
Bassaam bin ’Abdillah Ash-Shairafiy, Abul-Hasan Al-Kuufiy; seorang yang shaduuq, termasuk thabaqah kelima dari kalangan shighaarut-taabi’iin [idem, hal. 166 no. 668].
Abu Ja’far, ia adalah Muhammad bin ’Aliy bin Al-Husain bin ’Aliy bin Abi Thaalib, Abu Ja’far Al-Baaqir; seorang yang tsiqah lagi faadlil. Dipakai Al-Bukhaariy dan Muslim dalam Shahih-nya. Wafat tahun 118 H [idem, hal. 879 no. 6191].
Diriwayatkan juga oleh Ibnu ‘Asaakir 54/285 dari jalan Ad-Daaruquthniy, dan Abu Haamid Al-Maqdisiy dalam Ar-Radd ‘alar-Raafidlah hal. 304.
Atsar ini menunjukkan pada kita bahwa madzhab Ahlul-Bait yang dikenal oleh Abu Ja’far Al-Baaqir rahimahullah adalah mencintai dan mendoakan kebaikan bagi Abu Bakr dan ’Umar radliyallaahu ’anhu. Beda kenyataannya dengan orang-orang yang (pura-pura) mencintai Ahlul-Bait, namun malah membenci, mencaci, dan bahkan mengkafirkan Abu Bakr dan ’Umar radliyallaahu ’anhumaa.
3.      Ja’far bin Muhammad bin ’Aliy bin Al-Husain bin Abi Thaalib, imam keenam Syii’ah.
حَدَّثَنِي أَبِي نا أَسْبَاطٌ، عَنْ عَمْرِو بْنِ قَيْسٍ، قَالَ: سَمِعْتُ جَعْفَرَ بْنَ مُحَمَّدٍ، يَقُولُ: " بَرِئَ اللَّهُ مِمَّنْ تَبَرَّأَ مِنْ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ "
Telah menceritakan kepadaku ayahku : Telah mengkhabarkan kepada kami Asbaath, dari ‘Amru bin Qais, ia berkata : Aku mendengar Ja’far bin Muhammad berkata : “Allah berlepas diri terhadap orang-orang yang berlepas diri terhadap Abu Bakr dan ‘Umar” [Diriwayatkan oleh ‘Abdullah bin Ahmad dalam As-Sunnah no. 1182; shahih].[3]
Asbaath, ia adalah Ibnu Muhammad bin ‘Abdirrahmaan bin Khaalid bin Maisarah Al-Qurasyiy; seorang yang tsiqah, dla’iif dalam riwayat dari Ats-Tsauriy. Dipakai oleh Al-Bukhaariy dan Muslim dalam Shahih-nya. Wafat tahun 200 H [At-Taqriib, hal. 124 no. 322].
‘Amru bin Qais Al-Mulaaiy, Abu ‘Abdillah Al-Kuufiy; seorang yang tsiqah, mutqin, lagi ‘aabid. Dipakai oleh Muslim dalam Shahih-nya. Wafat tahun 146 H [idem, hal. 743 no. 5135].
Ja’far bin Muhammad bin ‘Aliy bin Al-Husain bin ‘Aliy bin Abi Thaalib Al-Haasyimiy, terkenal dengan nama (Ja’far) Ash-Shaadiq; seorang yang shaduuq, faqiih, lagi imam. Dipakai Muslim dalam Shahih-nya. Wafat tahun 148 H [idem, hal. 200 no. 958]. Syi’ah menganggapnya sebagai imam yang keenam.
Diriwayatkan juga oleh Al-Mahaamiliy dalam Al-Amaaliy no. 235, Ad-Daaruqthniy dalam Fadlaailush-Shahaabah no. 63, Ibnu Hibbaan dalam Ats-Tsiqaat 5/73, dan Al-Laalikaa’iy dalam Syarh Ushuulil-I’tiqaad no. 2393.
حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ مُحَمَّدٍ الصَّفَّارُ، قَالَ: نَا أَبُو يَحْيَى الرَّازِيُّ جَعْفَرُ بْنُ مُحَمَّدٍ قَالَ: نَا مُحَمَّدُ بْنُ مِهْرَانَ، قَالَ: نَا يَحْيَى بْنُ سُلَيْمٍ الطَّائِفِيُّ، عَنْ جَعْفَرِ بْنِ مُحَمَّدٍ، قَالَ : "إِنَّ الْخُبَثَاءَ مِنْ أَهْلِ الْعِرَاقِ يَزْعُمُونَ أَنَّا نَقْعُ فِي أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَهُمَا وَالِدَايَ "
Telah menceritakan kepada kami Ismaa’iil bin Muhammad Ash-Shaffaar, ia berkata : Telah mengkhabarkan kepada kami Abu Yahyaa Ar-Raaziy Ja’far bin Muhammad, ia berkata : Telah mengkhabarkan kepada kami Muhammad bin Mihraan, ia berkata : Telah mengkhabarkan kepada kami Yahyaa bin Sulaim Ath-Thaaifiy, dari Ja’far bin Muhammad, ia berkata : ”Sesungguhnya orang-orang jelek dari kalangan penduduk ‘Iraaq mengatakan bahwasannya aku mencela Abu Bakr dan ‘Umar, padahal mereka berdua adalah orang tuaku” [Diriwayatkan oleh Ad-Daaruquthniy dalam Fadlaailush-Shahaabah no. 83; hasan].
Ismaa’iil bin Muhammad bin Ismaa’iil Ash-Shaffaar; seorang yang tsiqah. Wafat tahun 341 H [Taraajimu Rijaal Ad-Daaruqthniy, hal. 145-146 no. 337].
Ja’far bin Muhammad bin Al-Hasan Ar-Raaziy, Abu Yahyaa; seorang yang shaduuq tsiqah. Wafat tahun 279 H [idem, hal. 169 no. 387].
Muhammad bin Mihraan Al-Jammaal, Abu Ja’far Ar-Raaziy; seorang yang tsiqah lagi haafidh. Dipakai Al-Bukhaariy dan Muslim dalam Shahih-nya. Wafat tahun 238/238 H [idem, hal. 900 no. 6373].
Yahyaa bin Sulaim Ath-Thaaifiy; seorang yang shaduuq. Dipakai Al-Bukhaariy dan Muslim (syawaahid) dalam Shahih-nya. Wafat tahun 193 H [Man Tukullima fiih, hal. 541-542 no. 374].[4]
Siapakah penduduk ’Iraaq yang dimaksud oleh Ja’far Ash-Shaadiq rahimahullah ? Sudah terkenal dalam kitab-kitab sejarah bahwasannya firqah Syi’ah dari dulu hingga sekarang tumbuh subur di bumi ’Iraaq, terutama Kuufah dan sekitarnya. Ya, ia (Ja’far Ash-Shaadiq) berlepas diri dari golongan ini.....
Abu Bakr dan ’Umar radliyallaahu ’anhumaa adalah sebaik-baik/seutama-utama manusia setelah Nabi shallallaahu ’alaihi wa sallam.
حَدَّثَنَا مَحْمُودُ بْنُ غَيْلانَ، مِنْ أَهْلِ مَرْوَ، نا حُجَيْنُ بْنُ الْمُثَنَّى، نا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ الْمَاجِشُونَ، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ، عَنْ نَافِعٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: " كُنَّا نَقُولُ عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَبُو بَكْرٍ، وَعُمَرُ، وَعُثْمَانُ، وَيَبْلُغُ ذَلِكَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلا يُنْكِرُهُ عَلَيْنَا "
Telah menceritakan kepada kami Mahmuud bin Ghailaan dari kalangan penduduk negeri Marwi : Telah mengkhabarkan kepada kami Hujain bin Al-Mutsannaa : Telah mengkhabarkan kepada kami ‘Abdul-‘Aziiz bin Al-Maajisyuun, dari ‘Ubaidullah, dari Naafi’, dari Ibnu ‘Umar radliyallaahu ‘anhu, ia berkata : “Dulu kami (para shahabat) mengatakan di jaman Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam : Abu Bakr, ‘Umar, dan ‘Utsmaan. Dan sampailah hal itu kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, maka beliau tidak mengingkari kami akan hal itu” [Diriwayatkan oleh ‘Abdullah bin Ahmad no. 1357 dan dari jalannya Al-Khallaal dalam As-Sunnah no. 580; shahih].
Maksud perkataan Ibnu ‘Umar : ‘Dulu kami (para shahabat) mengatakan di jaman Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam : Abu Bakr, ‘Umar, dan ‘Utsmaan’ ; adalah mengutamakan Abu Bakr, ‘Umar, dan ‘Utsmaan. Karena dalam riwayat lain mengisyaratkan hal itu :
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الدَّوْرَقِيُّ، حَدَّثَنَا الْعَلَاءُ بْنُ عَبْدِ الْجَبَّارِ، حَدَّثَنَا الْحَارِثُ بْنُ عُمَيْرٍ، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ، عَنْ نَافِعٍ، عَنْ ابْنِ عُمَرَ، قَالَ: " كُنَّا نَقُولُ وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَيٌّ أَبُو بَكْرٍ، وَعُمَرُ، وَعُثْمَانُ "
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Ibraahiim Ad-Dauraqiy : telah menceritakan kepada kami Al-‘Alaa’ bin ‘Abdil-Jabbaar : Telah menceritakan kepada kami Al-Haarits bin ‘Umair, dari ‘Ubaidullah bin ‘Umar, dari Naafi’, dari Ibnu ‘Umar, ia berkata : “Dulu kami (para shahabat) berkata dimana waktu itu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam masih hidup : Abu Bakr, ‘Umar, dan ‘Utsmaan” [Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy no. 3707; shahih].
حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ عُثْمَانَ، ثنا بِشْرُ بْنُ شُعَيْبٍ، ثنا أَبِي، عَنِ الزُّهْرِيِّ، حَدَّثَنِي سَالِمُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ، قَالَ: " كُنَّا نَقُولُ وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حي أفضل أمة رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعْدَهُ: أَبُو بَكْرٍ، ثُمَّ عُمَرُ، ثُمَّ عُثْمَانُ "
Telah menceritakan kepada kami ‘Amru bin ‘Utsmaan : Telah menceritakan kepada kami Bisyr bin Syu’aib : Telah menceritakan kepada kami ayahku, dari Az-Zuhriy : Telah menceritakan kepadaku Saalim bin ‘Abdillah : Bahwasannya ‘Abdullah bin ‘Umar berkata : “Dulu kami (para shahabat) berkata dimana waktu itu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam masih hidup : Seutama-utama umat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam setelah beliau adalah Abu Bakr, kemudian ‘Umar, kemudian ‘Utsmaan” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi ‘Aashim dalam As-Sunnah – bersama Dhilaalul-Jannah - no. 1190; shahih].
Keutamaan Abu Bakr dan ‘Umar (dan juga ‘Utsmaan) radliyallaahu ‘anhum yang disebutkan oleh Ibnu ‘Umar adalah satu perkara yang diketahui oleh Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Bukan sekedar pendapat Ibnu ‘Umar saja sebagaimana sangkaan kosong orang-orang Raafidlah. Inilah pemahaman komprehensif atas riwayat Ibnu ‘Umar radliyallaahu ‘anhumaa.
‘Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu ‘anhu pun menyepakati apa yang dikatakan Ibnu ‘Umar radliyallaahu ‘anhumaa :
ثنا سفيان بن عيينة عن بن أبي خالد ح وثنا أبو معاوية ثنا إسماعيل عن الشعبي عن أبي جحيفة سمعت عليا رضي الله عنه يقول : خير هذه الأمة بعد نبيها أبو بكر وعمر رضي الله عنهما ولو شئت لحدثتكم بالثالث
Telah menceritakan kepada kami Sufyaan bin ’Uyainah, dari Abu Khaalid. Dan telah menceritakan kepada kami Abu Mu’aawiyyah : Telah menceritakan kepada kami Ismaa’iil, dari Asy-Sya’biy, dari Abu Juhaifah : Aku mendengar ’Aliy radliyallaahu ’anhu berkata : ”Sebaik-baik umat setelah nabi mereka adalah Abu Bakr dan ’Umar radliyallaahu ’anhumaa. Seandainya engkau ingin, niscaya aku akan katakan kepadamu orang yang ketiga” [Diriwayatkan oleh Ahmad 1/110; shahih].
Namun sayangnya, orang-orang Syi’ah lagi-lagi tidak menyepakati perkataan ’Aliy radliyallaahu ’anhu di atas.
Akhirnya,...... inilah sebagian riwayat dari tiga imam Syi’ah yang bisa dituliskan. Tiga orang Ahlul-Bait Nabi shallallaahu ’alaihi wa sallam yang disebutkan di sini (’Aliy bin Abi Thaalib, Abu Ja’far Al-Baaqir, dan Abu ’Abdillah Ja’far Ash-Shaadiq) adalah permata jaman di mata Ahlus-Sunnah. Mereka berjalan ke timur sedangkan orang-orang Syi’ah berjalan ke barat. Sungguh jauh jarak timur dan barat itu.
Semoga ada manfaatnya.
Wallaahu a’lam bish-shawwaab.
[abu al-jauzaa’ – 1432 h - sedikit editing tanggal  16-4-2011].

Kedudukan Abu Bakr dan ‘Umar di Sisi Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam Menurut ‘Aliy bin Al-Husain bin 'Aliy bin Abi Thaalib


Mari kita perhatikan riwayat berikut :
حَدَّثَنَا عَبْد اللَّهِ بن أحمد: حَدَّثَنِي أَبُو مَعْمَرٍ، عَنْ ابْنِ أَبِي حَازِمٍ، قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى عَلِيِّ بْنِ حُسَيْنٍ، فَقَالَ مَا كَانَ مَنْزِلَةُ أَبِي بَكْرٍ، وَعُمَرَ مِنَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: " مَنْزِلَتُهُمَا السَّاعَةَ "
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Ahmad : Telah menceritakan kepadaku Abu Ma’mar, dari Ibnu Abi Haazim, ia berkata : Seorang laki-laki mendatangi ‘Aliy bin Al-Husain dan bertanya : “Bagaimanakah kedudukan Abu Bakr dan ‘Umar di sisi Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam ?”. Ia menjawab : “Kedudukan keduanya adalah seperti kedudukan mereka berdua pada saat ini (yaitu sangat dekat dimana kedua berdampingan dengan kubur Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam)” [Diriwayatkan oleh ‘Abdullah bin Ahmad dalam Zawaaid Al-Musnad, 4/77].
Diriwayatkan juga oleh ‘Abdullah dalam Zawaaid Fadlaailish-Shahaabah no. 223 dan Zawaaid Az-Zuhd no. 576 dan dari jalannya Ibnu ‘Asaakir dalam At-Taariikh 41/388.
Semua perawinya tsiqaat, hanya saja sanadnya terputus. Ibnu Abi Haazim tidak pernah bertemu dengan ‘Aliy bin Al-Husain rahimahullah.
Abu Ma’mar namanya adalah Ismaa’iil bin Ibraahiim bin Ma’mar bin Al-Hasan Al-Hudzaliy; seorang yang tsiqah lagi ma’muun [Taqriibut-Tahdziib, hal. 136 no. 419]. Ibnu Abi Haazim namanya adalah ‘Abdul-‘Aziiz bin Abi Haazim Salamah bin Diinaar Al-Makhzuumiy, Abu Tamaam Al-Madaniy; seorang yang shaduuq lagi faqiih [Taqriibut-Tahdziib, hal. 611 no. 4116] – bahkan ia tsiqah, khususnya dalam periwayatan dari ayahnya. Abu Haazim namanya adalah : Salamah bin Diinaar Al-A’raj Al-Afzar At-Tammaar Al-Madaniy Al-Qaadliy; seorang yang tsiqah lagi ‘aabid [Taqriibut-Tahdziib, hal. 399 no. 2502].
Diriwayatkan dengan sanad maushul (bersambung) oleh Ad-Daaruquthniy dalam Fadlaailush-Shahaabah no. 39, Al-Laalikaa’iy dalam Syarh Ushuulil-I’tiqaad no. 2460, dan Ibnu ‘Asaakir dalam At-Taariikh 41/387-388; dari jalan Abul-‘Ainaa’ Muhammad bin Al-Qaasim : Telah mengkhabarkan kepada kami Ya’quub bin Muhammad Az-Zuhriy, dari Ibnu Abi Haazim, dari ayahnya, dari ‘Aliy bin Al-Husain rahimahullah; dengan lafadh yang serupa.
Sanad riwayat ini lemah karena Ya’quub bin Muhammad Az-Zuhriy adalah seorang yang shaduuq, namun banyak keraguannya (katsiirul-wahm) [Taqriibut-Tahdziib, hal. 1090 no. 7888].
Ya’quub bin Muhammad Az-Zuhriy dalam periwayatan maushul mempunyai mutaba’ah dari Abu Mush’ab Az-Zuhriy sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Baihaqiy dalam Al-I’tiqaad 1/287 dan dari jalannya Ibnu ‘Asaakir dalam At-Taariikh 41/388 :
أَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ الْحَافِظُ، ثنا أَبُو جَعْفَرٍ مُحَمَّدُ بْنُ صَالِحِ بْنِ هَانِئٍ، ثنا أَبُو الْعَبَّاسِ أَحْمَدُ بْنُ خَالِدٍ الدَّامَغَانِيُّ، ثنا أَبُو مُصْعَبٍ الزُّهْرِيُّ، ثنا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ أَبِي حَازِمٍ، عَنْ أَبِيهِ أَنَّهُ، قَالَ: مَا رَأَيْتُ هَاشِمِيًّا أَفْقَهَ مِنْ عَلِيِّ بْنِ الْحُسَيْنِ، سَمِعْتُ عَلِيَّ ابْنَ الْحُسَيْنِ، يَقُولُ وَهُوَ يُسْأَلُ: كَيْفَ مَنْزِلَةُ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَشَارَ بِيَدِهِ إِلَى الْقَبْرِ، ثُمَّ قَالَ: مَنْزِلَتُهُمَا مِنْهُ السَّاعَةَ.
Telah mengkhabarkan kepada kami Abu ‘Abdillah Al-Haafidh : Telah menceritakan kepada kami Abu Ja’far Muhammad bin Shaalih bin Haani’ : Telah menceritakan kepada kami Abul-‘Abbaas Ahmad bin Khaalid Ad-Daamaghaaniy : Telah menceritakan kepada kami Abu Mush’ab Az-Zuhriy : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdul-‘Aziiz bin Abi Haazim, dari ayahnya, ia berkata : “Aku tidak pernah melihat keturunan Bani Haasyim yang lebih faqih daripada ‘Aliy bin Al-Husain. Aku telah mendengar ‘Aliy bin Al-Husain berkata yang ketika itu ia ditanya : “Bagaimanakah kedudukan Abu Bakr dan ‘Umar di sisi Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam ?”. Lalu ia berisyarat dengan tangannya ke arah kubur dan berkata : “Kedudukan keduanya di sisi beliau adalah seperti kedudukan mereka berdua pada saat ini” [selesai].
Sanad riwayat ini shahih.
Abu ‘Abdillah Al-Haafidh adalah Al-Haakim An-Naisaabuuriy, penulis kitab Al-Mustadrak. Muhammad bin Shaalih bin Haani’, syaikh dari Al-Haakim, seorang yang tsiqah lagi ma’muun [Rijaal Al-Haakim, hal. 216-217 no. 1360]. Ahmad bin Khaalid Ad-Daamaghaaniy; tentangnya As-Sam’aaniy berkata : “Syaikh mufiid, katsiirur-rihlah (banyak berjalan ke penjuru negeri dalam menuntut ilmu)”. Beberapa imam mengambil periwayatan hadits darinya [Al-Ansaab 5/260 dan Al-Mu’jamu fii Asaamiy Syuyuukh Abi Bakr Al-Ismaa’iiliy hal. 384-385 no. 55]. Abu Mush’ab Az-Zuhriy, namanya adalah Ahmad bin Al-Qaasim bin Al-Haarits bin Zuraarah Al-Madaniy, seorang yang tsiqah, termasuk rijaal Syaikhaan (Al-Bukhaariy dan Muslim) [Taqriibut-Tahdziib, hal. 87 no. 17 dan Tahriirut-Taqriib, 1/58 no. 17].
Ibnul-Bukhaariy membawakan riwayat dari Al-Qathii’iy dari ‘Abdullah bin Ahmad seperti di atas dengan sanad maushul sebagai berikut :
وَبِهِ قَالَ الْقَطِيعِيُّ: نا عَبْدُ اللَّهِ ابْنُ الْإِمَامِ أَحْمَدَ، حَدَّثَنِي أَبُو مَعْمَرٍ، عَنِ ابْنِ أَبِي حَازِمٍ، عَنْ أَبِيهِ قَالَ: " جَاءَ رَجُلٌ إِلَى عَلِيِّ بْنِ حُسَيْنٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، فَقَالَ: مَا كَانَ مَنْزِلَةُ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا مِنَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: “ كَمَنْزِلَتِهِمَا السَّاعَةَ “
Dan dengannya, telah berkata Al-Qathii’iy : Telah mengkhabarkan kepada kami ‘Abdullah bin Al-Imaam Ahmad : Telah menceritakan kepadaku Abu Ma’mar, dari Ibnu Abi Haazim, dari ayahnya, ia berkata : Seorang laki-laki mendatangi ‘Aliy bin Al-Husain radliyallaahu ‘anhu, lalu ia bertanya : “Bagaimanakah kedudukan Abu Bakr dan ‘Umar radliyallaahu ‘anhumaa di sisi Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam ?”. Ia menjawab : “Seperti kedudukan mereka berdua pada hari ini” [Masyyakhah Ibnil-Bukhaariy, 1/379].
Dan berikut adalah sanad Ibnul-Bukhaariy hingga Al-Qathii’iy :
أَخْبَرَنَا أَبُو عَلِيٍّ حَنْبَلُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْفَرَجِ بْنِ سَعَادَةَ الرُّصَافِيُّ الْمُكَبِّرُ، قِرَاءَةً عَلَيْهِ، وَأَنَا أَسْمَعُ، أَنَا أَبُو الْقَاسِمِ هِبَةُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الْوَاحِدِ بْنِ الْحُصَيْنِ الشَّيْبَانِيُّ، قِرَاءَةً عَلَيْهِ، وَأَنَا أَسْمَعُ بِبَغْدَادَ، أَنَا أَبُو عَلِيٍّ الْحَسَنُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ مُحَمَّدٍ الْوَاعِظُ، أَنَا أَبُو بَكْرٍ أَحْمَدُ بْنُ جَعْفَرِ بْنِ حَمْدَانَ بْنِ مَالِكِ بْنِ شَبِيبٍ الْقَطِيعِيُّ،
“Telah mengkhabarkan kepada kami Abu ‘Aliy Hanbal bin ‘Abdillah bin Al-Faraj bin Sa’aadah Ar-Rushaafiy Al-Mukabbir dengan qira’at kepadanya dan aku mendengarnya : Telah mengkhabarkan kepada kami Abul-Qaasim Hibatullah bin Muhammad bin ‘Abdil-Waahid bin Al-Hushain Asy-Syaibaaniy dengan qiraa’at kepadanya dan aku mendengarnya di Baghdaad : Telah mengkhabarkan kepada kami Abu ‘Aliy Al-Hasan bin ‘Aliy bin Muhammad Al-Waa’idh : Telah mengkhabarkan kepada kami Abu Bakr Ahmad bin Ja’far bin Hamdaan bin Maalik bin Syabiib Al-Qathii’iy” [selesai].
Sanad riwayat ini shahih, dan para perawi dalam sanad ini merupakan perawi yang meriwayatkan Musnad Al-Imaam Ahmad bin Hanbal [selengkapnya lihat : Al-Musnad, 1/40-56, tahqiiq : Ahmad Syaakir].
Riwayat maushul ini dikuatkan lagi oleh qarinah yang terdapat dalam riwayat berikut :
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ جَعْفَرِ بْنِ حَمْدَانَ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَحْمَدَ، حَدَّثَنِي أَبُو مَعْمَرٍ، حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي حَازِمٍ، قَالَ: سَمِعْتُ أَبِي حَازِمَ، يَقُولُ: " مَا رَأَيْتُ هَاشِمِيًّا أَفْضَلَ مِنْ عَلِيِّ بْنِ الْحُسَيْنِ "
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Ja’far bin Hamdaan : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Ahmad : Telah menceritakan kepadaku Abu Ma’mar : Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abi Haazim, ia berkata : Aku mendengar Abu Haazim berkata : “Aku tidak pernah melihat keturunan Bani Haasyim yang utama daripada ‘Aliy bin Al-Husain” [Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah, 3/141].
Sanad riwayat ini shahih, dimana para perawinya yang dimulai dari Al-Qathii’iy hingga Ibnu Abi Haazim dan Abu Haazim merupakan para perawi dalam riwayat mursal dan maushul sebelumnya. Riwayat ini menyebutkan sebagian lafadh yang terdapat dalam riwayat Al-Baihaqiy rahimahullah di atas. Oleh karena itu, dapat dipastikan bahwa perantara Ibnu Abi Haazim dengan ‘Aliy bin Al-Husain adalah ayahnya (Abu Haazim).
Diriwayatkan juga oleh Ad-Diinawariy dalam Al-Mujaalasah no. 1411 dan dari jalannya Ibnu ‘Asaakir dalam At-Taarikh 41/388 :
نَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ حَبِيبٍ، نَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبَّادٍ الْمَكِّيُّ، قَالَ: سَمِعْتُ سُفْيَانَ بْنَ عُيَيْنَةَ، يَقُولُ: " قَالَ رَجُلٌ لِعَلِيِّ بْنِ الْحُسَيْنِ بْنِ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ أَجْمَعِينَ: كَيْفَ كَانَ مَنْزِلَةُ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: مَنْزِلَتُهُمَا مِنْهُ مَنْزِلَتُهُمَا مِنْهُ الْيَوْمَ "
Telah mengkhabarkan kepada kami Ibraahiim bin Habiib : Telah mengkhabarkan kepada kami Muhammad bin ‘Abbaad Al-Makkiy, ia berkata : Aku mendengar Sufyaan bin ‘Uyainah berkata : Seorang laki-laki bertanya kepada ‘Aliy bin Al-Husain bin ‘Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu ‘anhum ajma’iin : “Bagaimanakah kedudukan Abu Bakr dan ‘Umar di sisi Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam ?”. Ia menjawab : “Kedudukan keduanya di sisi beliau adalah seperti kedudukan mereka berdua di sisi beliau pada hari ini” [selesai].
Sanad riwayat ini lemah dikarenakan kemajhulan Ibraahiim bin Habiib Al-Hamdaaniy [Bughyatuth-Thalab, 3/1136] dan keterputusan antara Ibnu ‘Uyainah dengan ‘Aliy bin Al-Husain.
Diriwayatkan juga oleh Ibnu ‘Asaakir dalam At-Taariikh 41/388 : Telah mengkhabarkan kepada kami Abul-Husain bin Al-Farraa’, serta Abu Ghaalib dan Abu ‘Abdillah dua orang anak dari Al-Bannaa, mereka semua berkata : Telah mengkhabarkan kepada kami Abu Ja’far bin Al-Maslamah : Telah mengkhabarkan kepada kami Abu Thaahir Al-Mukhallish : Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Sulaimaan : Telah menceritakan kepada kami Az-Zubair bin Bakkaar, ia berkata : Dan telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Yahyaa : Telah mengkhabarkan kepadaku sebagian shahabat kami, ia berkata : Telah berkata seorang laki-laki kepada ‘Aliy bin Al-Husain : “Bagaimanakah kedudukan Abu bakr dan ‘Umar di sisi Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam ?”. Ia menjawab :
منزلتهما اليوم
“(Seperti) kedudukan mereka berdua di sisi beliau pada hari ini” [selesai].
Riwayat ini lemah karena adanya perawi yang mubham.
Kesimpulannya : Riwayat ‘Aliy bin Al-Husain bin 'Aliy Abi Thaalib rahimahullah adalah shahih. Wallaahu a’lam.
Sebagian Fiqh Riwayat
Perkataan ‘Aliy bin Al-Husain atau masyhur dengan nama ‘Aliy Zainul-‘Aaabidiin tentang kedekatan Abu Bakr dan ‘Umar radliyallaahu ‘anhu dengan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bukanlah hanya sekedar kedekatan fisik saja, namun juga kedekatan dalam hal pembelaan dan mutaba’ah.
Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda tentang Abu Bakr radliyallaahu ‘anhu[1] :
إِنَّ أَمَنَّ النَّاسِ عَلَيَّ فِي صُحْبَتِهِ وَمَالِهِ أَبُو بَكْرٍ وَلَوْ كُنْتُ مُتَّخِذًا خَلِيلًا مِنْ أُمَّتِي لَاتَّخَذْتُ أَبَا بَكْرٍ وَلَكِنْ أُخُوَّةُ الْإِسْلَامِ وَمَوَدَّتُهُ لَا يَبْقَيَنَّ فِي الْمَسْجِدِ بَابٌ إِلَّا سُدَّ إِلَّا بَابُ أَبِي بَكْرٍ
Sesungguhnya orang yang paling besar jasanya bagiku dalam hal pershahabatan dan hartanya adalah Abu Bakr. Seandainya aku boleh mengambil kekasih dari umatku, tentulah Abu Bakr orangnya. Akan tetapi yang ada adalah persaudaraan Islam dan berkasih sayang dalam Islam. Janganlah tersisa satu pun pintu di masjid melainkan pintu Abu Bakr" [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 3904].
Dan tentang ‘Umar, beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
وَأَشَدُّهُمْ فِي أَمْرِ اللَّهِ عُمَرُ
Dan yang paling tegas dalam menegakkan urusan Allah (syari’at-Nya) adalah ‘Umar……” [Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy no. 3791, dan ia berkata : “Hadits hasan shahih”].
لَوْ كَانَ بَعْدِي نَبِيٌّ لَكَانَ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ
Seandainya setelahku ada nabi, niscaya ia adalah ‘Umar bin Al-Khaththaab” [Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy no. 3686 dan yang lainnya[2]].
Tidaklah heran jika sebelum meninggal beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam berpesan :
اقْتَدُوا بِاللَّذَيْنِ مِنْ بَعْدِي أَبِي بَكْرٍ، وَعُمَرَ
“Mencontohlah kepada dua orang setelahku : Abu Bakr dan ‘Umar” [lihat : Silsilah Ash-Shahiihah no. 1233].
Dan tidaklah beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam berwasiat agar umatnya meneladani seseorang kecuali ia adalah orang yang baik atau paling baik agamanya.
Selain itu, atsar di atas juga memberikan satu pemahaman pada kita tentang sikap ahlul-bait dari anak cucu ‘Aliy bin Abi Thaalib terhadap Abu Bakr dan ‘Umar radliyallaahu ‘anhum. Mereka mencintai dan menghormati Abu Bakr dan ‘Umar radliyallaahu ‘anhumaa. Mereka tidak menuduh Abu Bakr dan ‘Umar radliyallaahu ‘anhumaa sebagai perusak agama dan pengkhianat risalah, sebagaimana tuduhan para pendengki yang pura-pura mendakwakan diri sebagai pecinta Ahlul-Bait. Ahlul-Bait, dalam hal ini ‘Aliy bin Al-Husain rahimahullah, mengakui Abu Bakr dan ‘Umar radliyallaahu ‘anhumaa berjalan di atas manhaj Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam semasa hidup mereka.
Orang yang mencintai Ahlul-Bait pasti akan mencintai Abu Bakr dan ‘Umar radliyallaahu ‘anhumaa. Bahkan, Ahlul-Bait berlepas diri dari kicauan orang-orang dungu yang melanggar kehormatan mereka berdua.
‘Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu ‘anhu pernah berkata :
مَا لِي وَلِهَذَا الْحَمِيتِ الأَسْوَدِ، يَعْنِي: عَبْدَ اللَّهِ بْنَ سَبَإٍ، وَكَانَ يَقَعُ فِي أَبِي بَكْرٍ، وَعُمَرَ.
“Apa urusanku dengan orang hitam jelek ini – yaitu ‘Abdullah bin Saba’ - . Dia biasa mencela Abu Bakar dan ’Umar” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Khaitsamah no. 4358; shahih].
‘Abdullah bin Saba’ adalah founding father sekte Syi’ah Raafidlah.
Ja’far Ash-Shaadiq rahimahullah pernah berkata :
 بَرِئَ اللَّهُ مِمَّنْ تَبَرَّأَ مِنْ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ 
“Allah berlepas diri terhadap orang-orang yang berlepas diri terhadap Abu Bakr dan ‘Umar” [Diriwayatkan oleh ‘Abdullah bin Ahmad dalam As-Sunnah no. 1182; shahih].
Anda, saya dan siapa saja yang mencintai Ahlul-Bait karena Allah....., haruskah mengekor orang-orang yang pura-pura mencintai Ahlul-Bait itu ?. Tipuan adalah tipuan yang akan terbongkar sebagaimana bedak para pelawak yang akan luntur oleh siraman air hujan.
كُلٌ يَدَّعِي وَصْلاً بِلَيْلَى     وَلَيْلَى لاَ تُقِرُّهُمْ بِذَاكَ
“Semua orang mengaku-ngaku punya hubungan kasih dengan si Laila,
namun Laila tidak mengakui mereka akan hal itu”.
Sungguh kasihan......
Semoga bermanfaat.
Wallaahu a’lam bish-shawwaab.
[abul-jauzaa’ – ngaglik, sleman, yogyakarta, 16072012].

 

IMAM JA'FAR AS SHODIQ 

Semenjak dahulu Syi`ah mengklaim bahwa mereka mengikuti manhaj dan langkah Ja`far Ash Shadiq. Madzhab mereka dalam bidang fikih adalah ucapan-ucapan dan pendapat-pendapatnya. Karena mereka menamakan dirinya sebagai Ja`fariyun, padahal Ja`far berlepas diri dari mereka dan orang-orang seperti mereka. Mereka tidak berada di atas manhaj dan langkah-langkahnya dan dia bukanlah pemilik manhaj dan langkah-langkah yang diklaim tersebut.

Mereka menukil dari Ja`far tanpa sanad atau dengan sanad maudhu` (dipalsukan) atau dhaif atau maqthu` (terputus). Dan ini berlaku untuk para imam yang lain. Sudah dimaklumi bersama bahwa Syi`ah sangat kurang dan lemah dalam ilmu sanad, karena mereka tidak berpengalaman di dalam agamanya. Agama mereka adalah agama masyayikh mereka. Apa yang dikatakan oleh masyayikh, mereka menukilnya dari mereka tanpa memilih dan memilah. Salah seorang Syaikh Rafidhah telah mengakui dan dan membenarkan hal ini bahwa mereka menerapkan ilmu al jarh wa at ta`dil sebagaimana ahlus sunnah, maka tidak tersisa sedikitpun dari hadits mereka. Orang Syi`ah telah banyak berdusta atas Ja`far Ash Shadiq, mereka menasabkan kepadanya banyak sekali dari riwayat-riwayat yang dibuat-buat, hingga pada akhirnya mereka pada perubahan dan penggantian ayat-ayat Al Qur-an.

Sebagaimana mereka menasabkan sebagian kitab kepada Ja`far. Padahal para ahli ilmu bersaksi bahwa kitab-kitab itu dipalsukan atas namanya. Diantara kitab-kitab tersebut adalah:

Kitab Rasail Ikhwan Ash Shafa.

Kitab ini dikarang lebih dari dua ratus tahun setelah wafatnya Ja`far, pada waktu Dinasti Buwaihiyyah. Pada abad ketiga hijriyah (321 H - 447 H). Sementara Ja`far telah wafat pada tahun 148 H. Kitab ini banyak berisi kekufuran, kebodohan dan juga filsafat buta yang tidak layak bagi Ja`far Ash Shadiq dan ilmunya. Semoga Allah merahmati beliau dengan rahmat yang luas.
Kitab Al Ja`far, yaitu kitab ramalan-ramalan tentang kejadian dan ilmu ghaib.
Kitab Ilm Al Bithaqah.

Kitab Al Jadawil atau Jadawil Al Hilal, telah memalsukan atas nama Abdullah bin Mu`awiyah salah seorang yang sudah terkenal dengan kebohongan.
Kitab Al Haft.

Kitab Ikhtilaj Al A`dha.

Juga kitab-kitab lain seperti Qaus Qazah (pelangi) dan disebut Qaus Allah, Tafsir Al Qur-an, Manafi` Al Qur-an, Qira`ah Al Qur-an fi Al Manam, Tafsir Qira`ah As Surah fi Al Manam dan Al Kalam `ala Al Hawadits.
Tidak ada satu penetapan yang jelas di kalangan Syi`ah bahwa kitab-kitab ini adalah kitab-kitab Ja`far Ash Shadiq selain oleh Abu Musa Jabir bin Hayyan Ash Shufi Ath Tharthusi Al Kimai (200 H). Ibnu Hayyan ini diragukan tentang agama dan amanahnya. Dia memang menjadi teman bagi Ja`far, tetapi bukan Ja`far Ash Shadiq melainkan Ja`far Al Barmaki. Diantaranya yang mengukuhkannya adalah Ibnu Hayyan tinggal di Baghdad sementara Ja`far Ash Shadiq tinggal di Madinah. Juga abad pertama dan abad kedua tidak membutuhkan kitab-kitab dan risalah-risalah seperti yang telah dinasabkan kepada Ja`far Ash Shadiq ini.

Sekapur Sirih Tentang Kehidupan Ja`far Ash Shadiq

Dia adalah Imam Ja`far bin Muhammad bin Ali Zainal Abidin bin Al Husain bin Ali bin Abu Thalib. Begitu pula ia adalah keturunan dari Abu Bakar Ash Shiddiq, karena ibunya adalah Ummu Farwah binti Al Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar Ash Shiddiq. Dan nenek dari ibunya adalah Asma binti Abdurrahman bin Abu Bakar Ash Shiddiq. Semoga Allah meridhai mereka semua. Karena itu Ja`far Ash Shadiq berkata, Aku dilahirkan oleh Abu Bakar dua kali. (Syiar `A`lam An Nubala : 259).

Dia dilahirkan di Madinah tahun 80 H dian wafat tahun 148 H dalam usia mendekati 68 tahun. Dia wafat di tempat dia dilahirkan yaitu Madinah. Dia meninggalkan tujuh putra: Ismail, Abdullah, Musa Al Kazhim, Ishaq, Muhammad, Ali dan Fathimah.
Dia benar-benar shadiq, jujur dalam ucapannya dan perbuatannya, tidak dikenal dari diri Ja`far selain sifat shidq (jujur, benar), karena itu digelar ash shadiq. Dia juga digelari al imam oleh ahlus sunnah karena kedalaman dan keluasan ilmunya. Ja`far menimba ilmu dari para sahabat besar seperti Sahl bin Sa`ad As Sa`idi dan Anas bin Malik Radhiyallahu anhu dan dari ulama tabi`in seperti Atha` bin Abi Rabah, Muhammad bin Syihab Az Zuhri, Urwah bin Az Zubair, Muhammad bin Al Munkadir, Abdullah bin Abu Rafi` dan Ikrimah Mawla bin Al Abbas Radhiyallahu anhuma.

Diantara murid-muridnya adalah Imam Malik, Imam Abu Hanifah, Sufyan Ats Tsauri, Syu`bah bin Al Hajjaj dan Sufyan bin Uyainah. Para ulama Islam telah banyak memuji dan menyanjung.

Ja`far Ash Shadiq termasuk orang yang sangat mencintai kakeknya Abu Bakar Ash Siddiq dan juga Umar bin Khaththab Radhiyallahu `anhu. Beliau sangat mengagungkan keduanya karena itu beliau sangat membenci Rafidhah yang telah membenci keduanya.

Ja`far juga membenci Rafidhah yang telah menetapkannya sebagai imam yang ma`sum. Diriwayatkan oleh Abdul Jabbar bin Al Abbas Al Hamdzani bahwa Ja`far bin Muhammad mendatangi mereka ketika mereka hendak meninggalkan Madinah, dia (Ash Shadiq) berkata,Sesunggunya kalian insya Allah adalah termasuk orang-orang shalih di negeri kalian, maka sampaikanlah kepada mereka ucapanku, `Barangsiapa mengira bahwa aku adalah imam ma`shum yang wajib ditaati maka aku benar-benar tidak ada sangkutpaut dengannya. Dan barangsiapa mengira bahwa aku berlepas diri dari Abu Bakar dan Umar maka aku berlepas diri daripadanya`. (Syiar `A`lam An Nubala : 259).

Muhammad bin Fudhail menceritakan dari Salim bin Abu Hafshah, Saya bertanya kepada Abu Ja`far dan putranya, Ja`far, tentang Abu Bakar dan Umar. Maka dia berkata, `Wahai Salim cintailah keduanya dan berlepas diri musuh-musuhnya karena keduanya adalah imam huda.` Kemudian Ja`far berkata, `Hai Salim apakah ada orang yang mencela kakeknya? Abu Bakar adalah kakekku. Aku tidak akan mendapatkan syafaat Muhammad Shallallahu `alaihi wasallam pada hari kiamat jika aku tidak mencintai keduanya dan memusuhi musuh-musuhnya.` Ucapan imam Ash Shadiq seperti ini dia ucapkan dihadapan bapaknya, Imam Muhammad bin Ali Al Baqir dan dia tidak mengingkarinya. (Tarikh Al Islam 6/46)

Hafsh bin Ghayats murid dari Ash Shadiq berkata, Saya mendengar Ja`far bin Muhammad berkata, `Aku tidak mengharapkan syafaat untukku sedikit pun melainkan aku berharap syafaat Abu Bakar semisalnya. Sungguh dia telah melahirkanku dua kali`.

Sebagaimana murid Ja`far yang tsiqat lainnya yaitu Amr bin Qa-is Al Mulai mengatakan, Saya mendengar Ibnu Muhammad (Ash Shadiq) berkata, `Allah ta`ala berlepas diri dari orang yang berlepas diri dari Abu Bakar dan Umar`. (Syiar Alam An Nubala : 260).

Zuhair bin Mu`awiyah berkata, Bapaknya berkata kepada Ja`far bin Muhammad, `Sesungguhnya saya memiliki tetangga, dia mengira bahwa engkau berbara` (berlepas diri) dari Abu Bakar dan Umar`. Maka Ja`far berkata, `Semoga Allah berbara` dari tetanggamu itu, demi Allah sesungguhnya saya berharap mudah-mudahan Allah memberikan manfaat kepadaku karena kekerabatanku dengan Abu Bakar. Sungguh aku telah mengadukan (rasa sakit) maka aku berwasiat kepada pamanku (dari ibu) Abdurrahman bin Al Qasim. (At Taqrib, Ibnu Hajar, Tarikh Al Islam, Adz Dzahabi).
Semua teks ini adalah dari Ja`far Ash Shadiq, secara jelas menjelaskan kecintaanya kepada Abu Bakar dan Umar, wala`nya kepada keduanya serta taqarrubnya kepada Allah dengan wasilah mahabbah dan wala` tersebut. Juga menunjukkan kebencian kepada yang membenci keduanya dan bara` kepada yang bara` dari keduanya. Bahkan bara`nya dari orang yang meyakini imamah dan kema`shumannya. Dan permohonannya kepada Allah agar Allah memutus segala Rahmat-Nya dari orang-orang yang memusuhi Abu Bakar dan Umar.

Maraji`: 
1. http://saidaneffendi-darussalam.blogspot.com/2011/07/siapakah-imam-jafar-as-shodiq.html
2. Gen Syi`ah, Sebuah Tinjauan Sejarah Penyimpangan Aqidah dan Konspirasi Yahudi, Mamduh Farhan Al Buhairi, Penerbit Darul Falah


Tidak ada komentar:

Posting Komentar