Telah datang tulisan Secondprince Ar Rafidhi, membantah tulisan Amin Muhtar, yang intinya adalah : TIDAK BENAR bahwa Al Kulainiy Menyatakan Shahih Seluruh Hadis Dalam Kitab Al Kafiy.
Orang rafidhah tersebut menganalisa perkataan Al Kulainiy di bawah ini :
[Al Kulainiy] aku berkata “Sesungguhnya engkau menginginkan memiliki
kitab yang terkumpul di dalamnya semua ilmu agama yang mencukupi bagi
para pelajar, yang menjadi rujukan orang yang mencari petunjuk, yang
dapat mengambil darinya orang yang menginginkan ilmu agama dan beramal
dengannya melalui atsar shahih dari Ash Shaadiqiin,
dan [mengandung] sunah yang diamalkan, dan dengannya dapat dilaksanakan
segala kewajiban yang ditetapkan Allah dan Sunah Nabi-Nya [shallallahu
‘alaihi wa ‘aalihi]. [Al Kulainiy] aku berkata “Jika memang demikian aku
harapkan [kitab] ini menjadi sebab Allah [ta’ala] memberikan
pertolongan-Nya dan tauqif-Nya kepada saudara-saudara kita dan penganut
ajaran kita serta memberikan petunjuk bagi mereka [Miraatul ‘Uquul
1/21-22]
Lalu Ar Rafidhi ini menulis :
Apakah perkataan atau lafaz ini (yang berwarna biru) menjadi
hujjah bahwa semua riwayat dalam kitab Al Kafiy itu shahih di sisi Al
Kulainiy?. Jawabannya tidak, silakan perhatikan lafaz yang dijadikan
hujjah
والعمل به بالآثار الصحيحة عن الصادقين عليهم السلام
dan beramal dengannya melalui atsar shahih dari Ash Shaadiqiin
Lafaz ini bisa bermakna keseluruhan dan
bisa juga bermakna tidak karena tidak ada keterangan sharih [jelas] dari
Al Kulainiy bahwa hal itu mencakup keseluruhan riwayat yang ada dalam
Al Kafiy. Untuk memahami lafaz tersebut kita harus memperhatikan manhaj
Al Kulainiy dalam kitabnya Al Kaafiy.
Lafaz tersebut tidak bermakna hashr
[pembatasan]. Tidaklah yang dimaksudkan dengan lafaz itu bahwa Al
Kulainiy hanya memasukkan dalam kitabnya Al Kaafiy riwayat-riwayat
shahih dari para imam Ash Shaadiqiin karena faktanya
tidak demikian. Dalam kitab Al Kaafiy, Al Kulainiy juga banyak
memasukkan riwayat-riwayat yang bukan dari para imam Ash Shaadiqiin
Dengan fakta ini kita dapat mengetahui bahwa Al Kulainiy dalam kitab Al
Kaafiy tidak hanya mengumpulkan riwayat-riwayat dari para imam ahlul
bait artinya lafaz tersebut “dan beramal dengannya melalui atsar shahih dari Ash Shaadiqiin
tidaklah bermakna hashr. Al Kulainiy memasukkan dalam kitabnya Al
Kaafiy riwayat yang SHAHIH dari para imam ahlul bait dan juga riwayat
yang TIDAK SHAHIH dari para imam ahlul bait serta riwayat dari selain
para imam ahlul bait.
Hal ini sebagaimana yang dikatakan Sayyid Al Khu’iy :
Bahwa orang yang meminta tersebut hanyalah meminta kepada Muhammad
bin Ya’qub menulis kitab yang di dalamnya terkandung atsar-atsar shahih
dari ash shaadiqiin dan tidak
disyaratkan padanya bahwa dia [Al Kulainiy] tidak boleh menyebutkan di
dalamnya kecuali riwayat shahih atau tidak boleh menyebutkan riwayat
shahih dari selain ash shaadiqiin.
Muhammad bin Ya’qub sungguh telah memberikan kepadanya apa yang
diminta, ia menulis kitab yang terkandung di dalamnya atsar-atsar shahih
dari ash shaadiqiin dalam semua
bagian ilmu agama dan terkandung pula di dalam kitabnya tersebut yaitu
selain atsar yang shahih dari mereka atau riwayat
yang shahih dari selain mereka. [Mu’jam Rijal Al
Hadiits Sayyid Al Khu’iy 1/82-83].
Selesai sampai di sini saja tulisan secondprince Ar Rafidhi ....
Abdul Husain menulis dalam pengantarnya pada bagian ushul kitab Al Kafiy :
"Dalam membahas kitab ini, sungguh aku mengetahui bahwa hadits yang dikumpulkannya dalam kitab ini mencapai jumlah lebih dari 17.000-an. Ini merupakan kitab Islam pertama yang dapat diselesaikan penyusunnya selama 20 tahun. Dia menghabiskan waktunya selama itu untuk perjalanan dari suatu negeri ke negeri lain dalam mencari hadits.Tidak seorang perawi ditemuinya, atau satu hadits diriwayatkannya, kecuali diperolehnya dengan perjalanan yang melelahkan. Walaupun pengumpulan hadits ini membebaninya, namun penyusun tetap berketetapan hati untuk mengumpulkannya. Kerja ini berhasil mengumpulkan HADITS-HADITS SHAHIH. Sehingga hadits-hadits dalam kitab Al Kafiy ini diperoleh penyusun dari PERAWI-PERAWI YANG SHAHIH. Maka dengan demikian ia merupakan KITAB HADITS SHAHIH.
(Al kafiy hal 8)
(Al kafiy hal 8)
Lalu, apakah yang dimaksud dengan pengertian SHAHIH menurut ulama syiah ?
Hal ini telah dijelaskan dalam salah satu kitab mereka, yaitu Dirasat fi Al kafiy li Al Kulainiy wa Ash Shahih li Al Bukhariy karya Hasyim Ma'ruf Al Hasaniy sebagai berikut :
"Sesungguhnya shahih menurut ulama terdahulu adalah hadits yang karenanya perbuatan menjadi benar dan yang dapat dijadikan pegangan, walaupun dari sudut sanad tidak terpenuhi syarat-syaratnya seperti yang telah penulis sebutkan. Adapun shahih menurut ulama mutaakhirin adalah hadits yang terpenuhi syarat syarat tersebut." (hal. 43)
Lebih lanjut Al Hasaniy menjelaskan :
" Jumlah hadits dhaif yang begitu banyak dalam kitab Al Kafiy ini, tentu tidak dapat dianggap bahwa semua riwayatnya gugur dan tidak dapat dijadikan pegangan. Hal itu karena sifat dhaif dari sudut sanad tidak mencegah kekuatannya jika dilihat dari segi yang lain, seperti :
- termuatnya ia dalam salah satu kitab pokok yang berjumlah 400 buah,
- termuatnya ia dalam kitab pegangan,
- karena kesesuaiannya dengan Al Qur'an dan As Sunnah,
- karena ia tetap dipraktekkan oleh banyak ulama." (hal. 129-130)
Dari sedikit uraian diatas dapat diketahui walaupun sanadnya dhaif, riwayat-riwayat yang terdapat dalam Al Kafie dapat dijadikan hujjah.
Sehingga tersingkaplah pengkaburan makna pernyataan secondprince "bahwa tidak semua isi Al Kafie adalah shahih, bahkan ada yang dhaif", agar kalimat "bahkan ada yang dhaif " ini dapat difahami oleh orang lain bukan sebagai hujjah, padahal Al kafie dipakai hujjah oleh ulama syiah ketika menyampaikan ajaran syiah dalam majelis-majelis mereka.
Sekarang mari kita cermati lebih dalam pernyataan Al Kulaini di atas :
[Al Kulainiy] aku berkata “Sesungguhnya engkau menginginkan memiliki
kitab yang terkumpul di dalamnya semua ilmu agama yang mencukupi bagi
para pelajar, yang menjadi rujukan orang yang mencari petunjuk, yang
dapat mengambil darinya orang yang menginginkan ilmu agama dan beramal
dengannya melalui atsar shahih dari Ash Shaadiqiin,
dan [mengandung] sunah yang diamalkan, dan dengannya dapat dilaksanakan
segala kewajiban yang ditetapkan Allah dan Sunah Nabi-Nya [shallallahu
‘alaihi wa ‘aalihi]. [Al Kulainiy] aku berkata “Jika memang demikian aku
harapkan [kitab] ini menjadi sebab Allah [ta’ala] memberikan
pertolongan-Nya dan tauqif-Nya kepada saudara-saudara kita dan penganut
ajaran kita serta memberikan petunjuk bagi mereka [Miraatul ‘Uquul
1/21-22]
Seseorang mengharapkan agar Al Kulaini membuat sebuah kitab yang :
1. terkumpul di dalamnya ilmu agama
2. menjadi rujukan untuk mencari petunjuk dan diamalkan
3. melalui atsar-atsar yang shahih dari para Imam
4. dengannya dapat dilaksanakan segala kewajiban.
Lalu Al Kulaini berusaha mewujudkannya dengan ditulisnya kitab Al Kafie tersebut yang proses pembuatannya melalui kepayahan dan kelelahan dan memakan waktu yang panjang 20 tahun.
Sehingga kitab Al Kafie ini menurut Al Kulaini adalah suatu kitab yang :
1. terkumpul di dalamnya ilmu agama
2. menjadi rujukan untuk mencari petunjuk dan diamalkan
3. melalui atsar-atsar yang shahih dari para Imam
4. dengannya dapat dilaksanakan segala kewajiban.
Sehingga menurut Al Kulaini (berdasarkan ke-ilmuan-nya)
1. Walau-pun jika ada atsar dari selain para Imam, maka atsar itu-pun merupakan ilmu agama dan dapat dijadikan sebagai rujukan dan dengannya kewajiban yang dilaksanakan menjadi sah.
2. Jika toh ada pula atsar-atsar yang dhaif dalam Al Kafie, maka atsar itu-pun juga merupakan ilmu agama dan dapat dijadikan sebagai rujukan dan dengannya kewajiban yang dilaksanakan menjadi sah.
Inilah pengertian shahih menurut ulama syiah mutaqaddimin (Al Kulaini adalah ulama mutaqaddimin).
Kesimpulannya : Benar bahwa Al Kulaini menshahihkan seluruh isi kitab karyanya sendiri Al Kafiy.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar