Hadits-hadits seputar permasalahan tersebut ada banyak, mari kita bahas satu per satu.
Hadits pertama
لَتُخْضَبَنَّ هَذِهِ مِنْ هَذَا، فَمَا يَنْتَظِرُ بِي الْأَشْقَى؟ !
قَالُوا: يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ، فَأَخْبِرْنَا بِهِ نُبِيرُ عِتْرَتَهُ،
قَالَ: إِذًا تَالَلَّهِ تَقْتُلُونَ بِي غَيْرَ قَاتِلِي، قَالُوا: فَاسْتَخْلِفْ
عَلَيْنَا، قَالَ: لَا، وَلَكِنْ أَتْرُكُكُمْ إِلَى مَا تَرَكَكُمْ إِلَيْهِ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالُوا: فَمَا تَقُولُ
لِرَبِّكَ إِذَا أَتَيْتَهُ؟ وَقَالَ وَكِيعٌ مَرَّةً: إِذَا لَقِيتَهُ؟ قَالَ:
أَقُولُ: " اللَّهُمَّ تَرَكْتَنِي فِيهِمْ مَا بَدَا لَكَ، ثُمَّ قَبَضْتَنِي
إِلَيْكَ وَأَنْتَ فِيهِمْ، فَإِنْ شِئْتَ أَصْلَحْتَهُمْ، وَإِنْ شِئْتَ
أَفْسَدْتَهُمْ "
"Sungguh akan
diwarnai (darah) dari sini hingga sini, dan tidak menungguku selain
kesengsaraan." Para shahabat bertanya : "Wahai Amirul-Mukminiin beritahukan kepada
kami orang itu, agar kami bunuh keluarganya." Ali berkata; "Kalau
begitu, demi Allah, kalian akan membunuh selain pembunuhku." Mereka
berkata : "Angkatlah
khalifah pengganti untuk memimpin kami !". ‘Aliy
menjawab : "Tidak,
tapi aku tinggalkan kepada kalian apa yang telah Rasulullah shallallaahu
'alaihi wasallam tinggalkan untuk kalian". Mereka bertanya :
"Apa yang akan kamu katakan kepada Rabbmu jika kamu menghadap-Nya?".
Dalam kesempatan lain Wakii' berkata : "Jika kamu bertemu
dengan-Nya?" ‘Aliy berkata : "Aku akan berkata : 'Ya Allah, Engkau
tinggalkan aku bersama mereka sebagaimana tampak bagi-Mu, kemudian Engkau cabut
nyawaku dan Engkau bersama mereka. Jika Engkau berkehendak, perbaikilah mereka
dan jika Engkau berkehendak maka hancurkanlah mereka'" [lafadh dari
Ahmad dalam Al-Musnad, 1/130].
Sanad-sanad bagi hadits ini adalah sbb :
1. Dari Waki' dari Al-A’masy, dari Saalim bin Abi Ja’d, dari ‘Abdullah bin Sabu’, dari ‘Aliy.
2. Dari Abu ‘Aliy
Ahmad bin Muhammad bin Ibraahiim bin Yazdaad dari ... dari Muhaadlir bin
Al-Muwarri’ dari Al-A’masy,
dari Saalim bin Abi Ja’d, dari ‘Abdullah bin Sabu’, dari ‘Aliy.
3. Dari Ishaaq bin
Ibraahiim bin Habiib bin Asy-Syahiid, Abu Ya’quub Al-Bashriy Asy-Syahiidiy dari Abu Bakr bin ‘Ayyaasy dari Al-A’masy,
dari Saalim bin Abi Ja’d, dari ‘Abdullah bin Sabu’, dari ‘Aliy.
KETERANGAN PERAWI :
1. Waki' seorang yang tsiqah, haafidh, lagi ‘aabid
2. Al A'masy seorang yang tsiqah, haafidh, lagi ‘aalim terhadap qira’aat, wara’, akan tetapi
sering melakukan tadliis
3. Saalim bin Abi Ja'd seorang yang tsiqah
4. Abu ‘Aliy Ahmad bin Muhammad bin Ibraahiim bin Yazdaad seorang yang majhul.
5. Muhaadlir bin Al-Muwarri’, ia seorang yang yang shaduuq, namun mempunyai beberapa keraguan.
6.Ishaaq bin
Ibraahiim bin Habiib bin Asy-Syahiid, Abu Ya’quub Al-Bashriy Asy-Syahiidiy seorang yang tsiqat.
7. Abu Bakr bin ‘Ayyaasy seorang yang tsiqah
lagi ‘aabid, namun ketika beranjak tua, hapalannya berubah/jelek,
dan riwayat dari kitabnya adalah shahih.
8. ‘Abdullah bin Sabu’/Subai’; seorang yang maqbuul. Termasuk thabaqah
ke-3. Dipakai oleh An-Nasaa’iy dalam Musnad ‘Aliy.
PERKATAAN ULAMA :
1. Abu Bakar bin Ayyasy : ‘Menurutku, hadits ini sanadnya jayyid (baik).
2. Tentang periwayatan Muhadir dari A'masy, Ibnu ‘Adiy
mengatakan bahwa riwayatnya tersebut lurus (mustaqiimah).
3. Syaikh Ahmad Syakir berkata : Sanad hadits ini SHAHIH (catatan kaki musnad Ahmad no. 1078)
4.
Al Haitsami berkata : Periwayatnya adalah para periwayat hadits shahih
kecuali Abdullah bin sabu' akan tetapi ia adalah tsiqah (catatan kaki
musnad Ahmad no. 1078)
KETERANGAN SANAD-SANADNYA :
1. Tadlis dari Al A'masy
2. Majhulnya Abdullah bin Sabu'
3.
Tanaqudlnya Abu Bakar bin Ayyasy, dimana beliau menyelisihi sanad ini
dengan sanad yang lain, yaitu : dari A'masy dari Salamah bin Kuhail dari
Abdullah bin Sabu', dimana beliau juga mengetahui tadlisnya A'masy tapi
kok malah men-jayyid-kan sanad diatas.
4.
Jarak perbedaan tahun antara Abu Bakar bin Ayyasy (wafat tahun 194)
dengan Ishaq bin Ibrahim (wafat tahun 257) yang mengindikasikan Ishaq
menerima riwayat ini ketika Abu Bakar bin Ayyasy sudah tua sudah berubah
hafalannya.
5. Terjadi Idhthirab antara riwayat-riwayat A'masy yang lain.
5. Terjadi Idhthirab antara riwayat-riwayat A'masy yang lain.
PEMBAHASAN SANAD-SANADNYA :
1. Tentang tadlis yang dilakukan A'masy, dapat hilang manakala terdapat riwayat lain dari A'masy yang mana A'masy meriwayatkannya dengan lafal sima'. atau terdapat jalur lain yang menguatkan riwayat diatas akan tetapi tidak melalui A'masy.
Riwayat di bawah ini dapat menghilangkan tadlis dari A'masy, karena tidak melalui A'masy :
حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ مُحَمَّدِ
بْنِ إِبْرَاهِيمَ بْنِ حَكِيمٍ، قال: ثنا أَبِي، قال: ثنا بَكْرُ بْنُ بَكَّارٍ،
قال: ثنا حَمْزَةُ الزَّيَّاتُ، عَنْ حَكِيمِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنْ سَالِمِ بْنِ
أَبِي الْجَعْدِ، عَنْ عَلِيٌّ،
Telah menceritakan kepada kami Ishaaq bin
Muhammad bin Ibrahiim bin Hakiim yang berkata telah menceritakan kepada kami
ayahku yang berkata telah menceritakan kepada kami Bakr bin Bakkaar yang
berkata telah menceritakan kepada kami Hamzah Az Zayyaat dari Hakiim bin Jubair
dari Salim bin Abil Ja’d dari Aliy [Thabaqat Ibnu Sa’ad 3/29]
2. Adapun Abdullah bin Sabu, beliau diambil riwayatnya oleh Salim bin Ja'd dan disaksikan keberadaannya oleh Tsa'labah bin Yazid, serta di-jayyid-kan oleh Abu Bakar bin Ayyasy, sehingga kedudukan beliau adalah majhul hal, riwayat beliau bisa dijadikan sebagai penguat.
3. Tentang taqudlnya Abu Bakar bin Ayyasy yang meriwayatkan dari Salim dan dari Salamah, dapat dijawab, bahwa kedua riwayat tersebut idhthirab akibat ikhtilathnya Abu Bakar bin Ayyasy, sehingga keduanya dihukumi dhaif yang berkonsekunsi hilanglah tanaqudlnya.
4. Penerimaan Ishaq bin Ibrahim atas Abu Bakar bin Ayyasy tidak diketahui apakah setelah ikhtilath Abu Bakar bin Ayyasy ataukah sebelum ikhtilath beliau. Akan tetapi adanya qarinah periwayatan Abu Bakar bin Ayyasy yang sesuai secara persisi dengan riwayat dari Wakie' baik dalam sanad dan matan, mengindikasikan bahwa Ishaq bin Ibrahim menerima riwayat dari Abu Bakar bin Ayyasy sebelum beliau mengalami ikhtilath.
5. Adapun idhthirab, dengan riwayat A'masy yang lain, dapat dihilangkan dengan apabila dapat didudukkan pada tempatnya. (akan dibahas nanti)
5. Adapun idhthirab, dengan riwayat A'masy yang lain, dapat dihilangkan dengan apabila dapat didudukkan pada tempatnya. (akan dibahas nanti)
6. Syaikh
Ahmad Syakir mengisyaratkan untuk melihat hadits no. 802 sebagai syahid
atas sanad diatas, dan beliau merujuk-kan pula kepada hadits riwayat Al
Bazzar dengan sanad yang hasan.
Hadits no. 802 :
Hasyim
bin Al Qasim menceritakan kepada kami, Muhammad (Ibnu Rasyid)
menceritakan kepada kami, dari Abdullah bin Muhammad dari Aqil dari
Fadhalah bin Abu fadhalah Al Anshari - Fadhalah termasuk orang yang
pernah turut serta dalam perang badar - dia berkata : Aku pergi bersama
ayahku datang menjenguk Ali yang tertimpa cedera berat. Fadhalah berkata
: Ayahku kemudian berkata kepada Ali : Apa yang membuatmu bertahan di
rumahmu ini ? Andai engkau meninggal di sini maka tidak ada yang akan
menggantikanmu selain kalangan Arab Juhainah yang badui itu. Sedangkan
jika engkau dibawa di Madinah dan ajal menjemputmu, maka
shahabat-shahabatmu dapat menggantikanmu dan menyolatkanmu. Ali berkata :
Sesungguhnya Rasulullah saw telah menjanjikan kepadaku bahwa aku tidak
akan meninggal sehingga aku dipimpin, lalu ini (janggutnya) akan tersemir dengan darah ini (dari bagian atas kepalanya). Lalu Ali berperang dan Abu Fadhalah pun terbunuh saat ikut berperang bersama Ali pada perang Shiffin.
Syaikh Ahmad Syakir berkata : Sanadnya shahih.
Hadits ini tidak sejalur dengan sanad hadits di atas, tidak melalui Al A'mas, sehingga dapat dijadikan penguat riwayat A'masy diatas.
7. Kesimpulan awal, bahwa secara asli sanad ini lemah akibat idhthirab dengan riwayat A'masy yang lain.
7. Kesimpulan awal, bahwa secara asli sanad ini lemah akibat idhthirab dengan riwayat A'masy yang lain.
Bersambung .......(di sini)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar