Dengan memohon taufik dari Alloh, kami bermaksud membongkar tipu muslihat orang ini.
Second menulis :
Jika kita melihat ayat sebelum dan sesudah ayat ini maka dengan sekilas kita dapat menyimpulkan bahwa Ahlul Bait yang dimaksud itu adalah istri-istri Nabi SAW
karena memang ayat sebelumnya ditujukan pada istri-istri Nabi SAW.
Pemahaman seperti ini dapat dibenarkan jika tidak ada dalil shahih yang
menjelaskan tentang ayat ini.
Ternyata banyak Hadis-hadis shahih dan jelas yang menyatakan bahwa ayat Innamaa Yuriidullaahu Liyudzhiba ’Ankumurrijsa Ahlalbayti Wayuthahhirakum Tathhiiraa.(QS Al Ahzab 33) turun sendiri terpisah dari ayat sebelum dan sesudahnya. Artinya ayat tersebut tidak terkait dengan ayat sebelum dan sesudahnya yang ditujukan untuk istri-istri Nabi SAW. Ayat tersebut justru ditujukan untuk Pribadi-pribadi yang lain dan bukan istri-istri Nabi SAW.
Diriwayatkan dari Umar bin Abu Salamah yang berkata, “Ayat
berikut ini turun kepada Nabi Muhammad SAW, Sesungguhnya Allah bermaksud
hendak menghilangkan dosa dari kamu wahai Ahlul Bait dan menyucikanmu
sesuci-sucinya.(QS Al Ahzab 33). Ayat tersebut turun di rumah
Ummu Salamah , lalu Nabi Muhammad SAW memanggil Fathimah, Hasan dan
Husain, lalu Rasulullah SAW menutupi mereka dengan kain sedang Ali bin
Abi Thalib ada di belakang punggung Nabi SAW .Beliau SAW pun menutupinya
dengan kain Kemudian Beliau bersabda” Allahumma( ya Allah ) mereka itu
Ahlul BaitKu maka hilangkanlah dosa dari mereka dan sucikanlah mereka
sesuci-sucinya. Ummu Salamah berkata,” Dan apakah aku beserta mereka
wahai Rasulullah SAW? . Beliau bersabda “ engkau mempunyai tempat
sendiri dan engkau menuju kebaikan”. (Hadis Sunan Tirmidzi no 3205 dan
no 3871 dinyatakan shahih oleh Syaikh Nashiruddin Al Albani dalam Shahih
Sunan Tirmidzi).
Dari hadis ini dapat diketahui beberapa hal sebagai berikut
- Bahwa ayat ini turun di rumah Ummu Salamah ra, dan terpisah dari ayat sebelum maupun sesudahnya. Hadis itu menjelaskan bahwa yang turun itu hanya penggalan ayat Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu wahai Ahlul Bait dan menyucikanmu sesuci-sucinya.
- Ahlul Bait yang dimaksud dijelaskan sendiri oleh Nabi SAW melalui kata-kata Beliau SAW “Ya Allah, mereka adalah Ahlul BaitKu” Pernyataan ini ditujukan pada mereka yang diselimuti kain oleh Rasulullah SAW yaitu Sayyidah Fatimah as, Imam Ali as, Imam Hasan as dan Imam Husain as.
- Ayat ini tidak ditujukan untuk istri-istri Nabi SAW. Buktinya adalah Pertanyaan Ummu Salamah. Pertanyaan Ummu Salamah mengisyaratkan bahwa ayat itu tidak ditujukan untuk istri-istri Nabi SAW, karena jika Ayat yang dimaksud memang turun untuk istri-istri Nabi SAW maka seyogyanya Ummu Salamah tidak perlu bertanya Dan apakah aku beserta mereka wahai Rasulullah SAW?. Bukankah jika ayat tersebut turun mengikuti ayat sebelum maupun sesudahnya maka adalah jelas bagi Ummu Salamah bahwa Beliau ra selaku istri Nabi SAW juga dituju dalam ayat tersebut dan Beliau ra tidak akan bertanya kepada Rasulullah SAW. Adanya pertanyaan dari Ummu Salamah ra menyiratkan bahwa ayat ini benar-benar terpisah dari ayat yang khusus untuk Istri-istri Nabi SAW. Sekali lagi ditekankan kalau memang ayat itu jelas untuk istri-istri Nabi SAW maka Ummu Salamah ra tidak perlu bertanya lagi “Dan apakah aku bersama mereka wahai Nabi Allah?”.
- Penolakan Rasulullah SAW terhadap pertanyaan Ummu Salamah, Beliau SAW bersabda “ engkau mempunyai tempat sendiri dan engkau menuju kebaikan”. Hal ini menunjukkan Ummu Salamah selaku salah satu Istri Nabi SAW tidaklah bersama mereka Ahlul Bait yang dituju oleh ayat ini. Beliau Ummu Salamah ra mempunyai kedudukan tersendiri dan bukanlah Ahlul Bait yang dimaksud dalam ayat ini.
Kesimpulan dari hadis-hadis Asbabun nuzul ayat tathhir adalah Ahlul Bait dalam Al Ahzab 33 itu adalah
- Rasulullah SAW sendiri karena ayat itu turun untuk Beliau berdasarkan kata-kata Ayat berikut ini turun kepada Nabi Muhammad SAW
- Mereka yang diselimuti kain oleh Rasulullah SAW dan dinyatakan bahwa mereka adalah Ahlul Bait Rasulullah SAW yang dimaksud yaitu Sayyidah Fatimah as, Imam Ali as, Imam Hasan as dan Imam Husain as.
Tanggapan Saya :
Wahai second engkau lalai bahwa dalam hadits diatas ada kalimat : "LALU"
Diriwayatkan dari Umar bin Abu Salamah yang berkata, “Ayat berikut ini turun kepada Nabi Muhammad SAW, Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu wahai Ahlul Bait dan menyucikanmu sesuci-sucinya.(QS Al Ahzab 33). Ayat tersebut turun di rumah Ummu Salamah , lalu Nabi Muhammad SAW......
Ini artinya bahwa bahwa ayat Thathhir sudah turun terlebih dahulu di rumah Ummu Salamah (istri Nabi), maka yang berhak disebut Ahlul Bait dalam ayat tersebut adalah istri-istri Nabi yang tinggal serumah bersama Nabi, bukan keluarga beliau yang tinggal tidak serumah dengan beliau, itulah salah satu sebabnya keluarga Fathimah dipanggil untuk datang ke rumah Ummu Salamah..
Mengenai penolakan Rasulullah saw atas pertanyaan Ummu Salamah dapat dijawab sebagai berikut :
Nabi menolak Ummu Salamah dengan alasan yang beliau telah
sampaikan sendiri, “tetaplah pada kedudukanmu, kamu dalam kebaikan” yang
artinya Ummu Salamah tidak memerlukan lagi do’a dari Nabi karena memang
ayat Thathhir turun untuk istri-istri Nabi, jadi kedudukan Ummu Salamah
sudah dalam kebaikan. Justru dengan Nabi mendo’akan ahlul kisa’, hal
itu menunjukkan bahwa ayat Thathhir pada awalnya memang bukan untuk
mereka, kalau memang ayat tersebut untuk mereka, tentu ga perlu lagi
Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam berusaha sedemikian rupa menyelimuti
mereka dan berdo’a untuk mereka.
Sebagai tambahan penjelasan akan kami sampaikan sebuah riwayat yang semakna dengan hadits diatas, yang juga melalui Ummu Salamah :
Telah menceritakan kepada kami
Abdullah yang berkata telah menceritakan kepadaku Ayahku yang berkata
telah menceritakan kepada kami Abu Nadhr Hasym bin Al Qasim yang berkata
telah menceritakan kepada kami Abdul Hamid yaitu Ibnu Bahram yang
berkata telah menceritakan kepadaku Syahr bin Hausab yang berkata aku
mendengar Ummu Salamah istri Nabi SAW ketika datang berita kematian
Husain bin Ali telah mengutuk penduduk Irak. Ummu Salamah berkata
“Mereka telah membunuhnya semoga Allah membinasakan mereka. Mereka
menipu dan menghinakannya, semoga Allah melaknat mereka. Karena
sesungguhnya aku melihat Rasulullah SAW didatangi oleh Fatimah pada
suatu pagi dengan membawa bubur yang ia bawa di sebuah talam. Lalu ia
menghidangkannya di hadapan Nabi. Kemudian Beliau berkata kepadanya
“Dimanakah anak pamanmu(Ali)?”. Fatimah menjawab “Ia ada di rumah”. Nabi
berkata “Pergi dan panggillah Ia dan bawa kedua putranya”. Maka Fatimah
datang sambil menuntun kedua putranya dan Ali berjalan di belakang
mereka. Lalu masuklah mereka ke ruang Rasulullah dan Beliau pun
mendudukkan keduanya Al Hasan dan Al Husain di pangkuan Beliau. Sedagkan
Ali duduk disamping kanan Beliau dan Fatimah di samping kiri. Kemudian
Nabi menarik dariku kain buatan desa Khaibar yang menjadi hamparan
tempat tidur kami di kota Madinah, lalu menutupkan ke atas mereka semua.
Tangan kiri Beliau memegang kedua ujung kain tersebut sedang yang kanan
menunjuk kearah atas sambil berkata “Ya Allah mereka adalah keluargaku maka hilangkanlah dosa dari mereka dan bersihkanlah mereka sebersih-bersihnya”. Ya Allah mereka adalah Ahlul Baitku maka hilangkanlah dosa dari mereka dan bersihkanlah mereka sebersih-bersihnya. Ya Allah mereka adalah Ahlul Baitku maka hilangkanlah dosa dari mereka dan bersihkanlah mereka sebersih-bersihnya. Aku
berkata “Wahai Rasulullah bukankah aku juga keluargamu?”. Beliau
menjawab “Ya benar. Masuklah ke balik kain ini”. Maka akupun masuk ke
balik kain itu setelah selesainya doa Beliau untuk anak pamannya, kedua
putra Beliau dan Fatimah putri Beliau”.
(Hadits di atas, dikatakan oleh pensyarah, yaitu Syaikh Ahmad
Muhammad Syakir dan Hamzah Ahmad Az-Zain, “Sanadnya hasan.” Lihat Musnad
Imam Ahmad, Syarah Ahmad Muhammad Syakir dan Hamzah Ahmad Az-Zain,
hadits no. 26429 jilid 28, cet. I 1416H/1995)
Dalam hadits di atas dapat kita ambil beberapa faedah :
Pertama, Ummu
Salamah melaknat kaum syi’ah yang ada di kufah yang telah mengkhianati
Husain radhiyallahu ‘anhu sehingga menyebabkan kematian beliau.
Kedua, Ummu Salamah mencintai keluarga Ali.
Ketiga, Ummu
Salamah mengkisahkan kisah yang serupa dengan hadits kisa’ riwayat
Tirmidzi yang periwayatnya adalah beliau juga dengan sanad yang berbeda,
dan pada kisah riwayat Ahmad ini, Nabi mengiyakan bahwa Ummu Salamah
adalah termasuk keluarga beliau dan dia pun juga diselimuti oleh Nabi
setelah beliau mendo’akan keluarga Fathimah.
Hal
di atas menunjukkan dengan jelas, bahwa Ummu Salamah sudah dalam
kebaikan (karena ayat thathhir pada dasarnya turun untuk mereka
istri-istri Nabi) sehingga Nabi tidak perlu mendo’akan Ummu Salamah lagi
dan dia adalah termasuk keluarga beliau.
Secondprince menulis sebagai tambahan bantahan :
Maka perhatikan kalau peristiwa ini terjadi setelah turunnya Ayat Tathhir maka hal ini akan menjadi bukti yang menolak dugaan mereka bahwa Nabi SAW belum memberitahu Ummu Salamah. Dari Hadis di atas bahkan setelah Ayat Tathhir turun Ummu Salamah tetap tidak diberitahu oleh Nabi SAW kalau ia yang dimaksud Ayat Tathhir. Beliau tetap ingin ikut bersama Ahlul Kisa’ padahal kalau memang ia yang dimaksud dalam Ayat Tathir maka gak perlu ikut-ikutan mau masuk. Lha kan sudah jelas toh, ngapain nanya lagi. Dengan kata lain bahkan selepas Ayat Tathhir turun Ummu Salamah tidak memahami seperti anggapan mereka para penentang bahwa Istri Nabi adalah Ahlul Bait dalam Ayat Tathhir.
Secondprince menulis sebagai tambahan bantahan :
Maka perhatikan kalau peristiwa ini terjadi setelah turunnya Ayat Tathhir maka hal ini akan menjadi bukti yang menolak dugaan mereka bahwa Nabi SAW belum memberitahu Ummu Salamah. Dari Hadis di atas bahkan setelah Ayat Tathhir turun Ummu Salamah tetap tidak diberitahu oleh Nabi SAW kalau ia yang dimaksud Ayat Tathhir. Beliau tetap ingin ikut bersama Ahlul Kisa’ padahal kalau memang ia yang dimaksud dalam Ayat Tathir maka gak perlu ikut-ikutan mau masuk. Lha kan sudah jelas toh, ngapain nanya lagi. Dengan kata lain bahkan selepas Ayat Tathhir turun Ummu Salamah tidak memahami seperti anggapan mereka para penentang bahwa Istri Nabi adalah Ahlul Bait dalam Ayat Tathhir.
Tanggapan kami :
Persoalan ini dapat kita jawab, hal ini bisa dimaklumi, karena tindakan Nabi yang tiba-tiba
memanggil keluarga Ali dan kemudian menyelimutinya merupakan sesuatu
yang mengherankan baginya, makanya dia bertanya dan dari riwayat di atas
terlihat begitu ayat tersebut turun, Nabi langsung memanggil keluarga
Ali dan belum sempat menjelaskan hal tersebut. Hal ini adalah wajar,
jika kita menjadi Ummu Salamah, pasti kita akan menanyakan tindakan Nabi
yang di luar kebiasaan tersebut, apalagi ketika dirinya tidak
diperkenankan (untuk sementara) untuk ikut masuk ke dalam kain kisa’
bersama keluarga Fathimah yang sedang dido’akan oleh Nabi shalallahu
‘alihi wa sallam.
Masih tidak terima, Secondprince menulis :
Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abi Dawud yang berkata telah
menceritakan kepada kami Sulaiman bin Dawud Al Mahriy yang berkata telah
menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Wahb yang berkata telah
menceritakan kepada kami Abu Shakhr dari Abu Muawiyah Al Bajaliy dari
Sa’id bin Jubair dari Abi Shahba’ dari ‘Amrah Al Hamdaniyah yang berkata
Ummu Salamah berkata kepadaku “engkau ‘Amrah?”. Aku berkata “ya, wahai
Ibu kabarkanlah kepadaku tentang laki-laki yang gugur di tengah-tengah
kita, ia dicintai sebagian orang dan tidak dicintai oleh yang lain. Ummu
Salamah berkata “Allah SWT menurunkan ayat Sesungguhnya Allah berkehendak menghilangkan dosa dari kamu wahai Ahlul Bait dan menyucikanmu sesuci-sucinya, dan ketika itu tidak ada di rumahku selain Jibril, Rasulullah, Ali, Fathimah, Hasan, Husein dan aku, aku berkata “wahai Rasulullah apakah aku termasuk Ahlul Bait?”. Beliau [shallallahu ‘alaihi wasallam] berkata “engkau termasuk istriku yang shalih”. Ummu Salamah berkata “wahai
‘Amrah sekiranya Beliau [shallallahu ‘alaihi wasallam] menjawab iya
niscaya jawaban itu lebih aku sukai daripada semua yang terbentang
antara timur dan barat [dunia dan seisinya] [Asy Syari’ah Al Ajjuri 4/248 no 1542]
Tanggapan saya :
Riwayat diatas lemah bro .... akibat ada pada ‘Amrah Al-Hamdaaniyyah, seorang yang MAJHUUL HAAL, sehingga berakibat riwayatnya munkar, karena bertentangan dengan riwayat Imam Ahmad dan riwayat Imam Tirmidzi diatas.
Jadi kesimpulannya, baik ayat tersebut difahami berdasarkan urutan ayat sebelum dan sesudahnya, maupun difahamai berdasarkan kepada asbabun nuzulnya, tetaplah bahwa isteri-isteri Rasulullah saw telah ditetapkan langsung oleh Alloh termasuk dalam cakupan ahlul bait beliau, demikian pula dengan ahlu kisa' (keluarga Fathimah) juga termasuk ahlul bait beliau berdasarkan keinginan dan doa beliau sendiri .
Jadi kesimpulannya, baik ayat tersebut difahami berdasarkan urutan ayat sebelum dan sesudahnya, maupun difahamai berdasarkan kepada asbabun nuzulnya, tetaplah bahwa isteri-isteri Rasulullah saw telah ditetapkan langsung oleh Alloh termasuk dalam cakupan ahlul bait beliau, demikian pula dengan ahlu kisa' (keluarga Fathimah) juga termasuk ahlul bait beliau berdasarkan keinginan dan doa beliau sendiri .
Maukah Second mengikuti jalan isteri-isteri rasulullah saw ? ....
SEMOGA !!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar