Berpegang Teguh Pada Ahlul Bait Nabi SAW Atau Sahabat Nabi SAW
Posted on Juni 1, 2008 by secondprince
Berpegang Teguh Pada Ahlul Bait Nabi SAW Dan Berpegang Teguh Pada Sahabat Nabi SAW
Mahzab Syiah adalah Mahzab Ahlul Bait
Seperti yang dijelaskan sebelumnya Syiah mengambil Sunah Rasulullah SAW dari Ahlul Bait. Dalam pandangan Syiah Ahlul Bait adalah pedoman bagi umat Islam setelah Al Quran. Hal ini ternyata sesuai dengan apa yang dinyatakan Rasulullah SAW sendiri
Bahwa Rasulullah SAW bersabda “Wahai manusia sesungguhnya Aku meninggalkan untuk kalian apa yang jika kalian berpegang kepadanya niscaya kalian tidak akan sesat ,Kitab Allah dan Itrati Ahlul BaitKu”.(Hadis riwayat Tirmidzi,Ahmad,Thabrani,Thahawi dan dishahihkan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albany dalam kitabnya Silsilah Al Hadits Al Shahihah no 1761).
Perlu dijelaskan bahwa ada banyak sekali
hadis keutamaan Ahlul Bait yang menunjukkan bahwa Mereka memiliki
kemuliaan yang besar sehingga setiap umat islam diwajibkan untuk
mencintai Mereka. Tetapi dalam pembahasan ini hanya difokuskan terhadap
hadis yang menjelaskan dengan kalimat yang lugas dan jelas bahwa Ahlul Bait adalah pedoman bagi umat Islam. Dalam
mahzab Syiah kedudukan Ahlul Bait Nabi SAW sebagai pedoman menyebabkan
timbulnya pandangan kema’suman Ahlul Bait. Hal ini merupakan konsekuensi
logis dari kedudukan Ahlul Bait sebagai Pedoman Umat islam. Sang pedoman jelas sekali harus selalu benar.
TANGGAPAN SAYA :
Kerancuan SP, mengatakan syi'ah bermadzab ahlul bait berdasarkan riwayat diatas, padahal mereka tidak mau menggunakan riwayat dari orang-orang yang bermadzab shahabat.
Tidak benar bahwa syiah bermadzab ahlul bait.
Kita lihat syi'ah, mereka mempunyai hadits sendiri yang bersih dari periwayatan dari ulama madzab shahabat, dalam periwayatan mereka tidak ada periwayatan para imam dari tokoh-tokoh madzab shahabat, kecuali tokoh-tokoh tersebut adalah tokoh-tokoh yang di klaim sebagai pengikut mereka. Adakah riwayat mereka Ali ra dari Abu Bakar, Umar, dll, tokoh-tokoh yang madzab shahabat yang mereka benci ?
Adakah Ali ra seperti itu ? Adakah Hasan seperti itu ? Adakah Husen seperti itu ? adakah ... adakah ....?
Bertaburan riwayat-riwayat madzab shahabat, bahwa Ali, Hasan, Husen, Ali bin Husen, dll meriwayatkan dari tokoh-tokoh madzab shahabat yang dibenci oleh syi'ah.
Mahzab Sunni adalah Mahzab Sahabat
Mahzab Sunni mengambil hadis Rasulullah SAW dari para Sahabat. Hal ini berdasarkan banyaknya keutamaan yang dimiliki oleh mereka para Sahabat. Dalam mahzab Sunni Sahabat Nabi memiliki keutamaan-keutamaan yang besar. Ada banyak hadis yang menjelaskan tentang ini. Sahabat Nabi jelas sekali belajar hadis dari Rasulullah SAW oleh karena itu mengambil hadis dari Sahabat Nabi SAW adalah suatu hal yang rasional dengan sudut pandang ini. Sayangnya tidak ada hadis yang lugas dan jelas yang menyatakan bahwa Sahabat Nabi adalah pedoman bagi umat Islam agar tidak tersesat. Semua hadis yang dijadikan dasar dalam hal ini adalah hadis-hadis keutamaan mereka yang menjelaskan betapa mulianya mereka. Oleh karena itu Sunni tidak pernah menyatakan bahwa Sahabat Nabi itu ma’sum. Hal ini memiliki konsekuensi logis bahwa Sahabat Nabi tidak selalu benar.
Ada sebagian hadis yang sering dijadikan dasar bahwa Sahabat Nabi adalah pedoman bagi umat Islam.
Rasulullah SAW bersabda “Umat ini akan terpecah belah menjadi 73 golongan . Mereka semua ada di neraka kecuali satu golongan”. Para sahabat bertanya “Siapakah golongan itu?”. Beliau menjawab “Apa yang Aku dan para sahabatku ada diatasnya pada hari ini”.(Hadis Riwayat Thabrani dalam Mu’jam As Saghir jilid I hal 256)
Kemudian juga hadis ini
Rasulullah SAW bersabda “Sesungguhnya bani Israil telah berpecah belah menjadi 72 golongan, dan umatku akan berpecah belah menjadi 73 golongan . Mereka semua di neraka kecuali satu golongan “. Para Sahabat bertanya “Dan siapakah golongan (yang selamat) itu wahai Rasulullah SAW?”. Beliau menjawab “Apa yang Aku dan para sahabatku ada diatasnya”. (Hadis Riwayat Tirmidzi dalam Sunan Tirmidzi Kitab Al Iman ‘An Rasulillah Bab Ma Ja’a Fi Iftiraqi Hadzihi Al Ummah no 2565)
Kedua hadis tersebut adalah hadis yang
dhaif . Hadis pertama riwayat Thabrani dalam sanadnya terdapat Abdullah
bin Sufyan dimana Al Uqaili berkata Hadisnya tidak bisa diikuti. Oleh karena itu Al Uqaili memasukkan hadis ini dalam kitabnya Adh Dhu’afa Al Kabir no 938. Hadis kedua riwayat Tirmidzi dalam sanadnya terdapat Abdurrahman bin Ziyad Al Ifriqi dan sebagaimana dijelaskan dalam At Taqrib bahwa dia adalah dhaif. Oleh karena itu Al Mubarakfuri menyatakan dhaifnya hadis tersebut dalam Tuhfatul Ahwadzi Syarh Sunan Tirmidzi hadis no 2565.
TANGGAPAN :
Perhatikan perkataan Al Uqailiy (yang diiringi Imam Dzahabi dalam Diwan dhuafa' wal matrukin no 2187) : Abdullah bi Sufyan dhaif, tidak ada mutaba'ah dalam haditsnya.
Dari jarh diatas dapat difahami bahwa Abdullah bin Sufyan bukan seorang yang majhul.
Dari jarh diatas dapat difahami bahwa Abdullah bin Sufyan tidak bermasalah dalam ke-'adalah-annya, kecuali kalau ada qarinah jarh yang lain.
Keterangannya, jarh "tidak ada mutaba'ahnya" bila disematkan pada perawi yang bermasalah ke-'adalah-annya, maka akan sia-sia. Perawi yang cacat ke-'adalah-annya baik ada mutaba'ah maupun tidak, tetap saja sebagai perawi yang ditolak periwayatannya.
Dan ternyata riwayat Al Ifriqi (lemah dalam segi ke-dhabit-annya) dapat menjadi mutaba'ah bagi riwayat Abdullah bin Sufyan.(pembahasan selengkapnya di sini)
TANGGAPAN :
Perhatikan perkataan Al Uqailiy (yang diiringi Imam Dzahabi dalam Diwan dhuafa' wal matrukin no 2187) : Abdullah bi Sufyan dhaif, tidak ada mutaba'ah dalam haditsnya.
Dari jarh diatas dapat difahami bahwa Abdullah bin Sufyan bukan seorang yang majhul.
Dari jarh diatas dapat difahami bahwa Abdullah bin Sufyan tidak bermasalah dalam ke-'adalah-annya, kecuali kalau ada qarinah jarh yang lain.
Keterangannya, jarh "tidak ada mutaba'ahnya" bila disematkan pada perawi yang bermasalah ke-'adalah-annya, maka akan sia-sia. Perawi yang cacat ke-'adalah-annya baik ada mutaba'ah maupun tidak, tetap saja sebagai perawi yang ditolak periwayatannya.
Dan ternyata riwayat Al Ifriqi (lemah dalam segi ke-dhabit-annya) dapat menjadi mutaba'ah bagi riwayat Abdullah bin Sufyan.(pembahasan selengkapnya di sini)
Kesimpulan
Apa yang dapat disimpulkan dari ini adalah Rasulullah SAW sendiri telah menjelaskan bahwa pegangan dan pedoman bagi umat Islam agar tidak sesat adalah Hendaknya berpegang teguh pada Al Quran dan Ahlul Bait Nabi. Tidak ada suatu penjelasan lugas dan jelas yang shahih bahwa Rasulullah SAW menganjurkan untuk berpegang pada sahabat agar umat Islam tidak sesat.
Apa yang dapat disimpulkan dari ini adalah Rasulullah SAW sendiri telah menjelaskan bahwa pegangan dan pedoman bagi umat Islam agar tidak sesat adalah Hendaknya berpegang teguh pada Al Quran dan Ahlul Bait Nabi. Tidak ada suatu penjelasan lugas dan jelas yang shahih bahwa Rasulullah SAW menganjurkan untuk berpegang pada sahabat agar umat Islam tidak sesat.
Salam Damai
TANGGAPAN :
Riwayat tsaqalain adalah shahih, tapi bukan seperti yang difahami SP.
Riwayat tsaqalain adalah wasiyat berpegang teguh dengan kitabullah dan berbuat baik kepada ahlul bait (pembahasannya di sini)
KESIMPULAN AKHIR : Bahwa madzab ahlul bait adalah mengamalkan riwayat "maa ana alaihi wa ashhabi"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar