Jumat, 04 Desember 2015

ISTERI RASULULLOH SAW TERMASUK AHLUL BAIT YANG TERDAPAT DALAM SURAT AL AHZAB AYAT 33

Hadis Yang Menjelaskan Siapa Ahlul Bait Yang Disucikan Dalam Al Ahzab 33.


Syiah :
Dalam Al Qur’anul Karim terdapat ayat yang cukup fenomenal dan menjadi kontroversi diantara pengikut salafy dan pengikut syiah.

Syiah meyakini kalau Ahlul Bait dalam Al Ahzab 33 [ayat tathir] bukanlah istri-istri Nabi sedangkan salafy dan para nashibi justru mengkhususkan bahwa ayat tersebut turun untuk istri-istri Nabi.

Selain itu terdapat penafsiran baru dari kalangan “mereka yang terinfeksi virus nashibi” yaitu mereka mengatakan kalau Al Ahzab 33 turun memang untuk istri-istri Nabi hanya saja Nabi SAW memperluas makna Ahlul Bait itu kepada Sayyidah Fathimah, Imam Ali, Imam Hasan dan Imam Husain.


Tanggapan :
Mari kita lihat pendapat para mufassirin tentang ayat tsb :

Pendapat pertama mengatakan, yang dimaksud Ahlul Bait adalah istri Nabi secara khusus. Hal ini sebagaimana yang diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, ‘Ikrimah, ‘Atha`, Sa’id bin Jubair, dan yang lainnya.

Pendapat kedua mengatakan, yang dimaksud adalah ‘Ali bin Abi Thalib, Fathimah dan Hasan serta Husain secara khusus. Pendapat ini diriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudri, Mujahid, Qatadah, dan yang lainnya.

Pendapat ketiga adalah pendapat yang menggabungkan kedua pendapat tersebut, bahwa ayat ini mencakup mereka semua. Adapun para istri beliau tercakup dalam ayat ini karena mereka yang dimaksud dalam konteks ayat-ayat ini sebelum dan sesudahnya dan mereka adalah orang-orang yang tinggal di rumah-rumah Rasulullah.

Adapun masuknya ‘Ali bin Abi Thalib, Fathimah, Hasan dan Husain ke dalam Ahlul Bait, disebabkan hadits-hadits shahih yang datang dari Rasulullah .

Maka barangsiapa yang mengkhususkan ayat ini untuk salah satunya dan mengeluarkan yang lain, maka sungguh dia telah mengamalkan sebagian nash dan menelantarkan yang lain.

Pendapat terakhir inilah yang paling kuat dan dibenarkan kebanyakan ahli tahqiq, seperti Al-Qurthubi, Ibnu Katsir, dan yang lainnya. (Tuhfatul Ahwadzi, 9/48-49)

Oleh karena itu, Ibnu Katsir berkata dalam tafsir-nya:

“(Ayat ini) merupakan nash yang menunjukkan bahwa para istri Nabi termasuk  Ahlul Bait (keluarga Nabi), karena merekalah yang menjadi sebab turunnya ayat ini. Penyebab turunnya suatu ayat termasuk dalam ayat itu, (hal ini) merupakan pendapat yang disepakati. Boleh jadi ayat ini hanya berkenaan tentang mereka menurut satu pendapat atau ada yang lain yang masuk bersama mereka, berdasarkan pendapat yang shahih.” (Lihat Tafsir Ibnu Katsir, 3/484)


Syiah :
Dalam pembahasan ini kami akan membuktikan bahwa penafsiran ini keliru, yang benar adalah Al Ahzab 33 turun untuk Ahlul Kisa’ yaitu Nabi SAW, Sayyidah Fathimah, Imam Ali, Imam Hasan dan Imam Husain. Tentu saja kami akan membawakan riwayat-riwayat shahih yang menjadi bukti kejahilan mereka.


Tanggapan :
Mari kita buktikan....


Syiah :
Dari Umar bin Abi Salamah, anak tiri Nabi SAW yang berkata “Ayat ini turun kepada Nabi SAW di rumah Ummu Salamah, kemudian Nabi SAW memanggil Fatimah, Hasan dan Husain dan menutup mereka dengan kain dan Ali berada di belakang Nabi SAW, beliau juga menutupinya dengan kain. Kemudian beliau SAW berkata “ Ya Allah merekalah Ahlul BaitKu maka hilangkanlah dosa dari mereka dan sucikanlah mereka sesuci-sucinya. Ummu Salamah berkata “Apakah Aku bersama mereka ya Nabi Allah?”. Beliau berkata “Kamu tetap pada kedudukanmu sendiri dan kamu dalam kebaikan”. [Shahih Sunan Tirmidzi no 3205].

Salafy nashibi berusaha berdalih dengan mengatakan bahwa hadis di atas bukan berarti mengkhususkan Ahlul Bait untuk Ahlul Kisa’ justru hadis di atas merupakan perluasan dari makna Ahlul Bait oleh Nabi SAW.

Salafy mengatakan bahwa ayat tersebut memang turun untuk istri-istri Nabi tetapi Nabi SAW karena kecintaannya juga menginginkan ayat tersebut untuk Sayyidah Fathimah, Imam Ali, Imam Hasan dan Imam Husain.

Hujjah mereka ini batal dengan alasan berikut :

1. Hadis Sunan Tirmidzi di atas menyebutkan bahwa ketika ayat tersebut turun Rasulullah SAW langsung memanggil Sayyidah Fathimah, Imam Ali, Imam Hasan dan Imam Husain bukannya memanggil istri-istri Beliau.

Ini bukti kalau ayat tersebut ditujukan untuk Sayyidah Fathimah, Imam Ali, Imam Hasan dan Imam Husain dan bukan untuk istri-istri Nabi SAW.


Tanggapan :
Kalau menurut syiah seperti itu pemahamannya, seharusnya ayat itu turun dirumah Ali ra, jangan di rumah Ummu Salamah, karena jelas ayat tadi sudah turun di rumah Ummu Salamah (rumah Nabi juga), otomatis yang dimaksud ahlul bait, ya ahlul bait pemilik rumah tadi, yaitu nabi dan Ummu Salamah serta isteri beliau yang lain.


Syiah :
2. Ummu Salamah tidak merasa kalau dirinya adalah Ahlul Bait yang dimaksud, padahal jika memang seperti yang diklaim para nashibi kalau Ahlul Bait dalam Al Ahzab 33 turun untuk istri-istri Nabi SAW maka Ummu Salamah pasti tahu kalau dirinyalah Ahlul Bait yang dimaksud dan Beliau tidak perlu mengajukan pertanyaan kepada Nabi [“Apakah Aku bersama Mereka, Ya Nabi Allah?”] bahkan dalam riwayat lain Ummu Salamah bertanya [“Apakah Aku termasuk Ahlul Bait?”].


Tanggapan :
Pertanyaan Ummu Salamah ini bisa dimaklumi, karena tindakan Nabi yang tiba-tiba memanggil keluarga Ali dan kemudian menyelimutinya merupakan sesuatu yang mengherankan baginya, makanya dia bertanya akan tindakan Nabi tsb.

Hal ini adalah wajar, jika kita menjadi Ummu Salamah, pasti kita akan menanyakan tindakan Nabi yang di luar kebiasaan tersebut, apalagi ketika dirinya tidak diperkenankan (untuk sementara) untuk ikut masuk ke dalam kain kisa’ bersama keluarga Fathimah yang sedang dido’akan oleh Nabi shalallahu ‘alihi wa sallam.



Syiah :
Nashibi berusaha membela diri dengan mengatakan kalau Ummu Salamah awalnya tidak tahu kalau ayat tersebut ditujukan untuknya sehingga pada saat itu ia bertanya dalam kondisi tidak tahu, barulah setelah itu ia mengetahui kalau ayat tersebut turun untuknya.

Jawaban ini batal dengan alasan berikut :

Pada awalnya nashibi mengatakan kalau ayat tersebut turun untuk istri-istri Nabi SAW dan Nabi SAW berkehendak agar Sayyidah Fathimah, Imam Ali, Imam Hasan dan Imam Husain juga masuk dalam Ahlul Bait.  Kalau memang benar kejadiannya seperti itu maka ketika ayat tersebut turun Rasulullah SAW pertama-tama akan memberitahu Ummu Salamah karena sudah jelas beliau adalah istri Nabi SAW [apalagi ayat tersebut turun di rumahnya sehingga Nabi SAW bisa langsung memberitahu] kemudian Rasulullah SAW juga akan memanggil istri-istri Beliau yang lain untuk menyampaikan ayat tersebut.

Setelah ayat tersebut disampaikan kepada orang-orang yang dituju maka barulah Rasulullah SAW melakukan keinginan atau kehendaknya agar Sayyidah Fathimah, Imam Ali, Imam Hasan dan Imam Husain ikut masuk sebagai Ahlul Bait.

Tetapi fakta yang ada dalam hadis shahih justru menyebutkan kalau Rasulullah SAW malah langsung memanggil Sayyidah Fathimah, Imam Ali, Imam Hasan dan Imam Husain bukan istri-istrinya bahkan Rasulullah SAW tidak menyampaikan ayat tersebut kepada Ummu Salamah yang dari awal berada disana.

Sungguh mustahil mengatakan kalau Nabi SAW lebih mendahulukan kehendak atau keinginannya dan menunda untuk menyampaikan firman Allah kepada orang yang dituju.


Tanggapan :
Apakah harus seperti itu...memanggil seluruh isterinya berkumpul dulu, lalu dibacakan ayat tsb.

Cukuplah beliau sendiri mewakili berita pensucian dari Alloh tsb dan tentunya Ummu Salamah saksi langsung atas turunnya ayat tsb.

Bahwa ayat itu sudah turun di rumah Ummu Salamah, kemudian...

Perhatikan kalimat "kemudian", hal ini menunjukkan bahwa ayat tsb telah dibacakan Nabi saw kepada Ummu Salamah.

Dengan demikian Nabi saw tidak menunda untuk menyampaikan firman Alloh kepada yg dituju.


Syiah :
Kalau memang seperti yang dikatakan nashibi Ummu Salamah bertanya dalam kondisi tidak tahu atau Nabi SAW belum memberitahu kalau ayat tersebut turun untuknya selaku istri Nabi maka setelah itu sudah pasti Ummu Salamah akan diberitahu oleh Nabi SAW. Tentunya ketika Ummu Salamah meriwayatkan hadis ini kepada para tabiin maka saat itu Ummu Salamah pasti sudah mengetahui kalau pertanyaan yang ia ajukan sebelumnya kepada Nabi adalah kesalahpahamannya [karena pada dasarnya ia tidak perlu bertanya, toh ayat itu untuknya]. Jadi Ummu Salamah pasti akan menjelaskan kesalahpahamannya itu kepada para tabiin tetapi faktanya dalam riwayat-riwayat Ummu Salamah pertanyaan itu tetap ada dan tidak ada penjelasan Ummu Salamah kalau sebenarnya ia sudah salah paham. Ini justru membuktikan kalau arguman nashibi itu tidak bernilai dan hanya basa basi semata.


Tanggapan :
Dalam hal ini Ummu Salamah  hanya menceritakan apa adanya peristiwa yang ia alami.

Orang syiah itu memastikan Ummu Salamah menyampaikannya saat Rasul sudah wafat, bagaimana dia bisa memastikan hal itu? kita tahu bahwa hadits Tirmidzi tersebut diriwayatkan oleh anak Ummu Salamah sendiri yaitu Umar bin Abi Salamah, apakah tidak mungkin beliau telah menceritakan peristiwa itu tak lama setelah kejadian itu kepada anaknya di saat Nabi masih hidup? dan itulah yang diingat oleh Umar bin Abi Salamah yang akhirnya dia ceritakan kepada perawi berikutnya.

Sedangkan ada hadits Kisa’ yang lainnya yg diriwayatkan imam Ahmad, jelas Ummu Salamah sendiri menceritakan di saat selepas kematian Husein ra dan beliau telah menjelaskannya dalam hadits tersebut bahwa dia adalah termasuk ahlu (keluarga) Nabi, dalam hadits tersebut beliau hanya meminta konfirmasi kepada Nabi “Wahai Rasulullah bukankah aku juga keluargamu?”. Beliau menjawab “Ya benar. Masuklah ke balik kain ini”. Maka akupun masuk ke balik kain itu setelah selesainya doa Beliau untuk anak pamannya, kedua putra Beliau dan Fatimah putri Beliau”. ini adalah penjelasan yang sangat jelas dan cukup dari Ummu Salamah kepada para tabi’in bahwa memang dia adalah termasuk keluarga Nabi.

Ingat, yang Nabi tolak adalah Ummu Salamah bersama dengan keluarga Fatimah yang sedang dido’akan oleh Rasulullah dengan alasan bahwa Ummu Salamah dalam kedudukannya sendiri dan dalam kebaikan, tetapi Nabi tidak menolak bahwa Ummu Salamah merupakan Ahlul Bait beliau.

Hal ini semakin membuktikan bahwa memang QS 33:33 tersebut berkenaan dengan istri-istri Nabi, karena mereka sudah dalam kebaikan dan tidak perlu dido’akan lagi ketika ayat tersebut turun, sebaliknya jika ayat tsb memang utk ahlul kisa’, mengapa Rasul masih berdo’a (meminta kepada Allah) agar Ahlul Kisa’ dibersihkan dari kotoran dosa dan dibersihkan sebersih-bersihnya?.


Syiah :
Al Ahzab 33 memang turun untuk Sayyidah Fathimah, Imam Ali, Imam Hasan dan Imam Husain.

Merekalah yang dituju dalam ayat tersebut bukannya seperti yang dikatakan nashibi kalau ayat tersebut turun untuk istri-istri Nabi dan ahlul kisa’ hanyalah perluasan ahlul bait berdasarkan kehendak Nabi.


Tanggapan :
Lucu sekali pemahaman orang syiah ini....ahlul bait Nabi kok isteri Nabi tidak termasuk.

Sedangkan Fatimah, Hasan dan Husein seharusnya disebut ahlul bait Ali, bukan ahlul bait Nabi.

Dikarenakan ada hadits ini, dan ini merupakan keinginan dan doa Nabi saw, maka keluarga Ali termasuk dalam ahlul bait Nabi saw.

Demikian pula dg adanya hadits lain, maka keluarga Ja'far, keluarga Abbas dll termasuk ahlul bait Nabi pula.


Syiah :
Perhatikan riwayat Ummu Salamah berikut :

1. Dari Hakim bin Sa’ad yang berkata “kami menyebut-nyebut Ali bin Abi Thalib RA di hadapan Ummu Salamah. Kemudian ia [Ummu Salamah] berkata “Untuknyalah ayat [Sesungguhnya Allah berkehendak menghilangkan dosa dari kamu wahai Ahlul Bait dan menyucikanmu sesuci-sucinya] turun . Ummu Salamah berkata “Nabi SAW datang ke rumahku dan berkata “jangan izinkan seorangpun masuk”. Lalu datanglah Fathimah maka aku tidak dapat menghalanginya menemui Ayahnya, kemudian datanglah Hasan dan aku tidak dapat melarangnya menemui kakeknya dan Ibunya”. Kemudian datanglah Husain dan aku tidak dapat mencegahnya. Maka berkumpullah mereka di sekeliling Nabi SAW di atas hamparan kain. Lalu Nabi SAW menyelimuti mereka dengan kain tersebut kemuian bersabda “Merekalah Ahlul BaitKu maka hilangkanlah dosa dari mereka dan sucikanlah mereka sesuci-sucinya”. Lalu turunlah ayat tersebut ketika mereka berkumpul di atas kain. Ummu Salamah berkata “Wahai Rasulullah SAW dan aku?”. Demi Allah, beliau tidak mengiyakan. Beliau hanya berkata “sesungguhnya engkau dalam kebaikan”. [Tafsir At Thabari 22/12 no 21739]


Tanggapan :
Ada kesalahan terjemahan dalam kata "untuknyalah" seharusnya diterjemahkan dg " dia (Ali) termasuk didalam ayat."

Sehingga terjemahan saya diatas tidak bisa dipahamai sebagai pembatas ahlul bait hanya ahlu kisa' saja.

Mengenai pertanyaan Ummu Salamah dan jawaban nabi maka ada riwayat di bawah ini :

Hadits Tirmidzi; “Ummu Salamah berkata “Apakah Aku bersama mereka, ya Nabi Allah?. Beliau berkata “Kamu tetap pada kedudukanmu sendiri dan kamu dalam kebaikan”

Hadits Ahmad; “Aku berkata “Wahai Rasulullah bukankah aku juga keluargamu?”. Beliau menjawab “Ya benar. Masuklah ke balik kain ini”. Maka akupun masuk ke balik kain itu setelah selesainya doa Beliau untuk anak pamannya, kedua putra Beliau dan Fatimah putri Beliau”

Perhatikanlah............
Dari keterangan singkat ini diketahui bahwa Ummu Salamah tdk termasuk yang didoakan Nabi supaya disucikan,  karena memang Ummu Salamah termasuk orang yang telah disucikan dalam ayat tersebut, tetapi ia termasuk keluarga Nabi.


Syiah :
2. Telah menceritakan kepada kami Fahd yang berkata telah menceritakan kepada kami Usman bin Abi Syaibah yang berkata telah menceritakan kepada kami Jarir bin Abdul Hamid dari ’Amasy dari Ja’far bin Abdurrahman Al Bajali dari Hakim bin Saad dari Ummu Salamah yang berkata : ayat ini turun ditujukan untuk Rasulullah, Ali, Fatimah, Hasan dan Husain [Musykil Al Atsar Ath Thahawi 1/227].


Tanggapan :
Riwayat ini dhaif akibat mu'an'an A'masy.

Riwayat tersebut tdk membatas hanya mereka saja yg dimaksud ayat tadi, sehingga mengeluarkan isteri-isteri Nabi saw.


Syiah :
Riwayat Ummu Salamah dikuatkan oleh riwayat Abu Sa’id Al Khudri sebagai berikut :

3. Telah menceritakan kepada kami Hasan bin Ahmad bin Habib Al Kirmani yang berkata telah menceirtakan kepada kami Abu Rabi’ Az Zahrani yang berkata telah menceritakan kepada kami Umar bin Muhammad dari Sufyan Ats Tsawri dari Abi Jahhaf Daud bin Abi ‘Auf dari Athiyyah Al ‘Aufiy dari Abu Said Al Khudri RA bahwa firman Allah SWT [Sesungguhnya Allah berkehendak menghilangkan dosa dari kamu wahai Ahlul Bait dan menyucikanmu sesuci-sucinya] turun untuk lima orang yaitu Rasulullah SAW Ali Fathimah Hasan dan Husain radiallahuanhum [Mu’jam As Shaghir Thabrani 1/231 no 375].



Tanggapan :
Riwayat ini dhaif akibat Athiyyah.

Riwayat tersebut tdk membatas hanya mereka saja yg dimaksud ayat tadi, sehingga mengeluarkan isteri-isteri Nabi saw.


Syiah :
Ummu Salamah sendiri tidak memahami seperti pemahaman nashibi. Ummu Salamah mengakui kalau ia bukan ahlul bait yang dimaksud dan jawaban Nabi “kamu dalam kebaikan” dipahami oleh Ummu Salamah bahwa ia tidak termasuk dalam Ahlul Bait Al Ahzab 33 yang disucikan.

4. Dari Ummu Salamah RA yang berkata “Turun dirumahku ayat [Sesungguhnya Allah berkehendak menghilangkan dosa dari kamu wahai Ahlul Bait] kemudian Rasulullah SAW memanggil Ali Fathimah Hasan dan Husain radiallahuanhu ajma’in dan berkata “Ya Allah merekalah Ahlul BaitKu”. Ummu Salamah berkata “wahai Rasulullah apakah aku termasuk Ahlul Bait?”. Rasul SAW menjawab “kamu keluargaku yang baik dan Merekalah Ahlul BaitKu Ya Allah keluargaku yang haq”. [Al Mustadrak 2/451 no 3558 dishahihkan oleh Al Hakim dan Adz Dzahabi].


Tanggapan :
Pengkaburan terjemahan lagi...."merekalah ahlul baitku", seharusnya "mereka adalah ahlul baitku".

Sekali lagi hadits diatas tdk membatasi ahlul bait hanya kepada mereka shg mengeluarkan isteri-isteri Nabi dari cakupan ahlul bait Nabi.


Syiah :
5. Telah menceritakan kepada kami Husain bin Hakam Al Hibari Al Kufi yang berkata telah menceritakan kepada kami Mukhawwal bin Mukhawwal bin Rasyd Al Hanath yang berkata telah menceritakan kepada kami Abdul Jabar bin ‘Abbas Asy Syabami dari Ammar Ad Duhni dari Umarah binti Af’a dari Ummu Salamah yang berkata “Ayat ini turun di rumahku [Sesungguhnya Allah berkehendak menghilangkan dosa dari kamu wahai Ahlul Bait dan menyucikanmu sesuci-sucinya] dan ketika itu ada tujuh penghuni rumah yaitu Jibril Mikail, Rasulullah Ali Fathimah Hasan dan Husain. Aku berada di dekat pintu lalu aku berkata “Ya Rasulullah Apakah aku tidak termasuk Ahlul Bait?”. Rasulullah SAW berkata “kamu termasuk istri Nabi Alaihis Salam”. Beliau tidak mengatakan “sesungguhnya kamu termasuk Ahlul Bait”. [Musykil Al Atsar Ath Thahawi 1/228].


Tanggapan :
Hadits diatas dhaif akibat Amarah...dan lagi terdapat keraguan Amarah bin Af'a atau Amarah Al Hamdaniyah.


Syiah :
Dari Ummu Salamah RA yang berkata “Ayat ini turun di rumahku [Sesungguhnya Allah berkehendak menghilangkan dosa dari kamu wahai Ahlul Bait dan menyucikanmu sesuci-sucinya]. Aku berkata “wahai Rasulullah apakah aku tidak termasuk Ahlul Bait?. Beliau SAW menjawab “kamu dalam kebaikan kamu termasuk istri Rasulullah SAW”. Aku berkata “Ahlul Bait adalah Rasulullah SAW, Ali, Fathimah, Hasan dan Husain radiallahuanhum ajma’in”.[Al Arba’in Fi Manaqib Ummahatul Mukminin Ibnu Asakir hal 106]

Ibnu Asakir setelah meriwayatkan hadis ini, ia menyatakan kalau hadis ini shahih. Hadis ini juga menjadi bukti kalau Ummu Salamah sendiri mengakui bahwa Ahlul Bait yang dimaksud dalam Al Ahzab 33 firman Allah SWT adalah Rasulullah SAW, Sayyidah Fathimah, Imam Ali, Imam Hasan dan Imam Husain.


Tanggapan :
Hadits-hadits diatas tidak mengkonsekwensikan pembatasan ahlul bait kepada ahlu kisa' saja shg mengeluarkan isteri Nabi dari cakupan ahlul bait.


Syiah :
Nashibi mengatakan kalau Sayyidah Fathimah, Imam Ali, Imam Hasan dan Imam Husain pada awalnya tidak termasuk Ahlul Bait dalam Al Ahzab 33, mereka bukanlah yang dituju oleh ayat tersebut tetapi karena kecintaan Rasulullah SAW kepada mereka maka Beliau menyelimuti mereka agar mereka bisa ikut masuk sebagai Ahlul Bait. Perkataan nashibi ini merupakan perkataan yang bathil karena Ahlul Kisa’ sendiri mengakui kalau merekalah yang dimaksud dalam Firman Allah SWT Al Ahzab 33. Diriwayatkan dari Abu Jamilah bahwa Imam Hasan pernah berkhutbah di hadapan orang-orang dan beliau berkata :

Wahai penduduk Iraq bertakwalah kepada Allah tentang kami, karena kami adalah pemimpin kalian dan tamu kalian dan kami adalah Ahlul Bait yang difirmankan oleh Allah SWT [Sesungguhnya Allah berkehendak menghilangkan dosa dari kamu wahai Ahlul Bait dan menyucikanmu sesuci-sucinya]. Beliau terus mengingatkan mereka sehingga tidak ada satu orangpun di dalam masjid yang tidak menangis [Tafsir Ibnu Katsir 3/495].


Tanggapan :
Riwayat tersebut tdk membatasi ahlul bait shg mengeluarkam para isteri Nabi saw.

Pada intinya, mari kita perhatikan jawaban Nabi atas pertanyaan Ummu Salamah.

Jawaban 1.
Apakah aku bersama mereka ?

"Kamu tetap pada kedudukanmu, dan kamu dalam kebaikan"

Jawaban 2.
Apakah aku termasuk keluargamu ?

"Ya benar insya Alloh"

Jawaban 3.
Ya Rosululloh dan aku (termasuk ahlul baitmu) ?

Beliau tidak mengiyakan, "kamu dalam kebaikan"

Jawaban 4.
Ya Rosululloh dan aku termasuk ahlul baitmu ?

“kamu keluargaku yang baik dan mereka adalah Ahlul Baitku"

Jawaban 5.
Ya Rasulullah Apakah aku tidak termasuk Ahlul Bait?”.

“kamu termasuk istri Nabi Alaihis Salam”. Beliau tidak mengatakan “sesungguhnya kamu termasuk Ahlul Bait”.

Jawaban 6.
“wahai Rasulullah apakah aku tidak termasuk Ahlul Bait?.

“kamu dalam kebaikan kamu termasuk istri Rasulullah SAW”.

Dari paparan diatas diketahui bahwa Ummu Salamah akhirnya masuk ke dalam kisa' setelah beliau berdoa.

Kalau kita perhatikan riwayat Zaid bin Arqam, beliau menjawab, bahwa isteri termasuk ahlul bait suami selama mereka belum bercerai.

Shg dari pertanyaan dan jawaban diatas dpt disimpulkan :

Bahwa isteri Nabi termasuk keluarga Nabi saw, mereka menjadi ahlul bait dengan syarat selama tidak dicerai Nabi saw.

Bahwa posisi mereka ketika ayat itu turun adalah sbg ahlul bait, tapi sifat ini tdk menetap.

Hadits kisa' menetapkan status keluarga Ali sebagai ahlul bait yg sifatnya permanen.

Kesimpulannya : bahwa isteri Nabi termasuk ahlul bait yg dikehendaki dlm ayat tsb, termasuk pula ahlu kisa'.

Wallohu a'lam.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar